Selamat malam jelang pagi :')
Postingan ini saya tulis tepat ketika jam di laptop menunjukkan pukul 0:44 WIB, disaat jiwa-jiwa yang lelah telah melebur bersama mimpi-mimpi indah mereka. Ceritanya kemaren orangtua saya berkunjung ke Padang dalam rangka mengantar adek saya yang harus ikut bimbel persiapan masuk PTN mulai senin depan.
Bagi saya, orangtua adalah segalanya, mereka adalah semangat hidup. Ketika saya lelah dan mulai jenuh dengan segala tetek bengek dunia kampus, maka sesegera mungkin saya akan pulang untuk sekedar bertemu orang tua lalu curhat, atau paling tidak saya akan menelfon Mama dan Papa berjam-jam. Berawal dari saya yang sangat suntuk (nyesek) pengen nangis, perlahan akan mulai tenang, tenang, tenang dan di akhir percakapan telfon pasti saya sudah terbahak-bahak bercerita dengan Mama. Nah, kalau Papa dalam menasehati (menjinakkan) saya biasanya lebih kalem, hehee
Jadi ceritanya tadi seharian saya ngabisin waktu sama Mama dan Papa, berasa jadi anak tunggal dalam sejenak karena perginya cuma bertiga, hhi.. Nah, sore orangtua udah harus balik karena si bungsu besok harus masuk sekolah dan Papa juga harus ke kantor. Ini ni yang bikin mellow sampe detik ini, paling sedih banget kalo orangtua dan adek udah harus pulang. Padahal jarak kerumah cuma empat jam dan ingat, you are in your sixth semester, Nesha! Parah deh, gimana mau merantau jauh-jauh?
Sebenarnya gak cuma saya yang suka mellow, orangtua juga wanti-wanti dari sekarang karena saya ngotot mau lanjut sekolah diluar. Basically, orangtua saya sangat demokratis, seumur hidup mereka tidak pernah ambil keputusan sendiri dan gak pernah larang-larang saya tanpa alasan yang jelas. Meskipun at the end saya harus mundur, sungguh itu bukan karna paksaan dari orangtua, hanya karna sayanya saja yang sudah tidak mampu.
Bersyukur saya terlahir dari orangtua seperti mereka. Begitu pun dengan planning lanjut sekolah ini, sebagai mahasiswa bahasa asing saya ingin sekali bisa melanjutkan sekolah di negara dimana bahasa yang saya pelajari digunakan sebagai bahasa pengantar utama, ya native country seperti USA, UK atau Aussy. Saya juga tidak yakin ini akan mudah, namun saya sangat ingin sekali mencoba. Naaaaah, dalam hal ini sepertinya agak berbeda. Awalnya orangtua sangat mendukung, namun setelah di ingat-ingat bahwa study S2 akan menghabiskan paling tidak 2 tahun, maka orangtua saya pun berubah fikiran. Hahahaha.. Kalau kata Mama, yang bakal paling kangen itu nanti Papa. Dan tahukah bagaimana cara Mama menjinakkan saya dengan ambisi yang sudah lebih dari 5 tahun saya -tanam, siram dan pupuk- ini?
"Ingat Papa nak, Cha tau kan Papa gak akan pernah larang-larang kemauan Cha. Tapi Mama tau Papa gak kan kuat pisah kalo selama itu, nanti mulutnya akan berkata "Iya", namun hatinya tak akan kuat. Sekolah sajalah di Malaysia atau Singapura, ada banyak beasiswa juga disana. Negara-negara itu juga multikultural dan menggunakan Bahasa Inggris dalam belajar, gelarnya nanti jukan akan M.Ed atau M.A. win-win solution kan nak?"
Kaget? Iyaaaa.. Syok? Apalagi... Saya mulai berfikir dan menyadari bahwa saya harus logis. Memang, hubungan saya dan Papa sangat sangat sangat dekat, kami seperti teman kalu sudah ngobrol. Begitu pun sebenarnya dengan Mama, namun Mama lebih tabah kalau soal LDR, hhe..
Semakin kesini saya semakin sadar bahwa sebaik-baik tempat dimuka bumi ini adalah bersama kedua orangtua. Soal impian dan cita-cita juga harus dengan restu orangtua. Mereka adalah hidup saya, dan mereka adalah pelengkap kebahagiaan saya. Semoga kedua orangtua kita selalu berada dalam sebaik-baik perlindungan-Nya. Amin :)