Ceritanya di awal perkuliahan ketika saya iseng mengikuti seleksi sebuah program pertukaran pemuda yang diadakan oleh kampus tetangga, ketika aku ditanya negara apa yang ingin aku kunjungi maka tak tahu kenapa dengan tegas aku menjawab "Turki.."
Disana saya menyadari bahwa ternyata cinta itu belum hilang, ia masih ada..
Setahun kemudian, Allah memberi saya kesempatan untuk berkunjung ke Negri Jiran. Ketika berjalan-jalan menyusuri sisi kota, saya dan travelling mates memutuskan untuk melaksanakan sholat dzuhur di sebuah Mushalla kecil di rooftop sebuah gedung. Disana kami bertemu dengan dua orang mahasiswa cantik, bertubuh tinggi, bergamis dan berhidung mancung. Dan ternyara para perempuan cantik dan ramah itu adalah gadis-gadis Turki :) Maka disitu aku mendapatkan satu kesan baik lagi tentang Turki..
Rasa ini menjadi semakin dalam ketika saya menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa dimana disana hadir sosok Fatma, perempuan Indonesia keturunan Turki. Ia sosok Ibu cerdas, penyayang, sabar, pintar dan pastinya tau banyak soal peradaban Islam di Turki. Di film ini cerita tentang kejayaan Islam kembali dibahas. Sepenggal kisah tentang Istanbul, Blue Mosque, dan Hagia Sophia yang sekilas diceritakan itu semakin mencuri perhatian saya dan membuat rasa kagum itu semakin menjadi-jadi.
I have loved this place before I see it :) |
Inside Blue Mosque
Ola menceritakan dengan menggebu-gebu bahwasanya Al-Fatih itu adalah sosok pemuda saleh yang sholat wajib, rawatib dan tahjjudnya tak pernah tinggal semenjak ia akhil baligh. MasyaAllah..
Muhammad Al-Fatih :) |
Kemudian, Kak Nurul baru-baru ini mengenalkan saya pada sosok Fathullah Gullen. Penulis hebat yang menjelaskan Islam dan eksistensi Allah dengan logika. Naluri ke-debater-an saya terpancing ketika mengetahui hal ini, namun sampai saat ini si "baby thesis" sepertinya masih enggan untuk mengizinkan saya membaca bahan baacan yang agak berat. Takut tidak fokus katanya *alesaaan* Oh ya, dulu Enning juga telah memperkenalkan saya dengan buku ini namun sepertinya "marketing" Kak Nurul lebih membuat saya terpukau, hhee... Peace Ning! ^^
Satu hal lagi tentang Turki yang tak boleh dilewatkan. Jujur, ini yang membuat saya semakin jatuh hati pada Turki, Selat Bosphorus. Selat yang memungkinkan jika seseorang ingin menikmati sarapannya di Asia lalu makan malamnya di Eropa. Selat ini menghubungkan Asia dan Eropa dengan satu jembatan yang megah. Lampu-lampu jalan membuat selat dan jembatan ini terlihat semakin romantis di malam hari. Menurut saya, Bosphorus tak kalah romantis dengan Eiffel.
The beautiful Bosphorus at night |
-Padang, 18 Februari 2014-