Kata orang, beasiswa luar negeri itu milik dua
kategori orang. Kategori pertama yaitu mereka yang “pinter banget” dan yang
kedua yaitu mereka yang “pengen banget”. Dan saya sadar bahwa sepertinya saya
adalah orang-orang di kategori ke dua ini, hihi. Keinginan untuk melanjutkan
studi di negeri Ratu Elizabeth itu telah ada semenjak saya berada di semester enam bangku perkuliahan sarjana. Ya, jauh sebelum saya tahu kapan saya akan
menyelesaikan studi sarjana. Keinginan itu benar-benar terasa seperti
mesin pemacu yang membuat saya semakin semangat untuk menjalani perkuliahan.
Hasil terbaik hanya lahir dari usaha
terbaik. Keyakinan itulah yang selalu saya pegang selama menjalani proses
mengejar mimpi ini. Dari awal semester enam itu saya sudah mulai mencari informasi kampus dan jurusan dengan browsing di mesin pencari informasi super canggih, Google. Semua informasi yang dibutuhkan bisa dengan mudah di dapatkan di website kampus. Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah "pedekate" dengan pihak admisi kampus yang ingin saya tuju. Ini sebenarnya modus, hehee. Niat utama saya mengirimkan email kepada mereka sebenarnya hanya ingin merasakan langsung bagaimana rasanya email-emailan dengan kampus luar negeri. Dan tahukah, ketika mendapat balasan langsung dari kampus dengan alamat atau logo kampus di bagian akhir emailnya, rasanya luar biasa. Rasanya lebih excited daripada menerima surat cinta apapun (emang pernah? wkwk). Setiap email yang dibalas selalu saya capture dan saya lihat berulang-ulang. Rasanya excited setiap kali melihat kalau emailnya dikirim langsung dari Inggris, dibalas oleh orang Inggris. Paling tidak nama saya pernah di ketik di Inggris sana :')) Alasannya sederhana, agar mimpi itu tetap hidup. Agar Inggris itu terasa semakin dekat.
Berikut adalah beberapa email yang saya kirimkan ke beberapa kampus yang ada di UK. Semua informasi ini sebenarnya sudah ada di website, tetapi tetap saja saya tanyakan. Namanya juga modus, heheh.
University of Glasgow |
Newcastle University |
Email yg tadinya dikirm ke Leeds, di copast lalu di kirim ke York. Dan nama kampusnya lupa di edit, hahahha >.< |
University of Leeds yang akhirnya berjodoh dengan saya :') |
Selain mencari tau informasi melalui website dan email, saya juga menjaga mimpi itu dengan menonton video kampus-kampus tersebut di youtube dan "pedekate" dengan mahasiswa Indonesia yang sudah terlebih dahulu bersekolah disana. Namun ingat, biasakan untuk membaca dulu sebelum bertanya. Tanyakanlah hal yang sifatnya subjektif saja, hal yang memang butuh pendapat orang lain untuk menjawabnya. Misal, kehidupan akademis disana bagaimana? Suasana belajar disana bagaimana? Usahakan untuk tidak membuat kakak-kakaknya gregetan menanyakan hal-hal yang jawabannya sudah pasti bisa ditemukan di website, hihi. Seperti syarat dokumennya apa saja? Butuh IETLS atau tidak? Deadline pendaftarannya kapan? Semua jawabannya ada di website kampus. Perlihatkan kalau kita benar-benar niat dengan research terlebih dahulu sebelum bertanya. Kalau mau tanya ke admission tak apa, karena memang tugas mereka untuk menjelaskan hal-hal tersebut, heheh..
Setelah selesai dengan pengumpulan informasi, hal selanjutnya yang lakukan adalah mempersiapkan syarat bahasa berupa IELTS. Part ini tak kalah dramanya. Di sela-sela pengerjaan skripsi, saya dan teman-teman membuat kelompok belajar IELTS bersama. Meskipun kami kuliah di jurusan Bahasa Inggris, namun tidak ada jaminan bahwa skor IELTS kami pasti bagus. Tetap butuh waktu agar kami kami terbiasa dengan bentuk soal-soalnya dan tau strategi menyelesaikannya dengan waktu yang sangat terbatas itu. Kelompok belajar yang tadinya ramai, karena kesibukan yang berbeda-beda, perlahan mundur satu-satu hingga akhirnya saya sendiri yang tertinggal. Jujur, berat rasanya ketika harus berjuang sendiri. Terlebih saat itu studi ke luar negeri belum terlalu populer di tempat saya. Sebagian orang bahkan melihat apa yang saya lakukan itu adalah hal yang sangat muluk-muluk. Kuliah ke luar negeri itu bagai punguk merindukan bulan. Namun perjuangan sudah setengah jalan dan bagi saya, pantang meninggalkan sesuatu yang sudah di mulai itu terbengkalai begitu saja. Saya juga berusaha menguat-nguatkan hati agar tak terlalu terpengaruh dengan komentar orang. Saya yakin bahwa itu semua adalah bumbu-bumbu ujian dari Allah agar jalan ikhtiar ini terasa semakin nikmat ^_^
Beberapa bulan mempersiapkan IELTS, saya mulai mencoba mengirimkan aplikasi pendaftaran melalu portal pendaftaran online yang ada di website kampus. Jadi tahapan awalnya kita membuat akun dulu, sama dengan membuat akun facebook atau sosmed lainnya. Laman berikut ini bisa ditemui di website resmi Uni of Leeds atau dengan mengetik keywords "Apply University of Leeds" di Google.
Contoh portal pendaftaran di University of Leeds |
Setelah membuat akun, kita akan menerima email konfirmasi dari pihak admisinya. Kemudian, langkah selanjutnya adalah mengisi form biodata dan meng-upload dokumen yang dibutuhkan secara online seperti ijazah dan transkrip nilai yang sudah di terjemahkan, surat rekomendasi dan personal statement/motivation letter Proses pengisian aplikasi ini bersifat fleksibel, jadi akun bisa di log out kemudian log in kapan pun kita mau. Proses pengisian aplikasinya bisa bertahap. Ohya, rata-rata aplikasi kampus di Inggris bebas biaya administrasi. Jadi kalau kita ingin mendaftar di lebih dari saatu kampus pun tak masalah, hehe. Hal lain yang membuat pendftaran kampus-kampus di UK menarik adalah waktu pendaftarannya yang sangat fleksibel. Jadi kita bisa mengirimkan aplikasi sepanjang tahun, biasanya sampai dua bulan sebelum intake (yang rata-rata bulan September). Proses pendaftaran ini juga bisa dilakukan tanpa mengantongi sertifikat IELTS terlebih dahulu. Biasanya, jika kita mendaftar tanpa sertifikat IELTS, surat tanda terima yang kita terima berupa Conditional Letter of Acceptence (bersyarat). Ini akan berubah menjadi Unconditional Letter of Acceptence (tidak bersyarat) saat semua berkas yang dibutuhkan sudah kita lengkapi.
Lalu berapa persenkan kemungkinan aplikasi kita kan di terima? Jika syarat nilai kita sampai, skor bahasa kita mencukupi, surat rekomendasi kita jelas dan motivation letter kita bagus, pihak admisi akan bermurah hati untuk memberikan LoA. Dari beberapa kampus yang saya cari tahu, pilihannya tetap jatuh kepada pilihan pertama, University of Leeds. Namun untuk jaga-jaga saya tetap mendaftar di kampus lain, yaitu Newcastle Uni. Alasan kenapa saya jatuh cinta dengan University
of Leeds ada di postingn berikut berikut. Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya saya dikabari oleh pihak kampus. Kampus pertama yang mengabari saya adalah University of Leeds. Melihat subject email yang ada di layar handphone, jantung saya mau copot rasanya. Jemari saya tiba-tiba basah oleh keringat dingin, badan saya panas dingin. Saya deg-degan bukan main. Perlahan saya buka email tersebut, membacanya pelan-pelan hingga mata saya terhenti di sebuah kalimat bertuliskan "Dear Ms. Nesha, we are pleased to offer you a place ......" Alhamdulillah, saya lulus. Seketika saya rasakan mata saya panas, ada bulir-bulir yang tertahan ingin tumpah. Allah Maha Baik. Meskipun masih bersifat conditional namun saya sangat bersyukur. Bayang-bayang negeri Ratu Elizabeth itu terasa semakin dekat.
"Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu." - Andrea Hirata
Perjuangan belum selesai sampai disini, saya masih harus tes IELTS dan berburu beasiswa LPDP yang tak kalah drama, hehee..
To be continued,
=))