Rabu, 14 Februari 2018

Frequently Asked Questions (FAQ) Mengenai Kuliah dan Beasiswa LPDP

Hi, dalam postingan kali ini saya mencoba menjawab pertanyaan dari teman-teman mengenai kuliah dan beasiswa LPDP melalui facebook dan instagram. Mohon maaf pertanyaan dalam Bahasa Inggris saya jawab pakai Bahasa Indonesia ya. Biar maksud hati ini lebih tersampaikan dan biar cepat ngetiknya, hehe.




"Could u give some advices in order to make good motivation letter, study plan, and self introduction?? And also the process of translating the documents such as identification card, birth certificate?? I dont know these documents are required for LPDP but if u have an experience, it will be nice to share... thank you ^^"
Dalam membuat motivation letter ketika bisa menjelaskan alasan kita memilih jurusan dan kampus tersebut, kenapa kita layak untuk di terima serta kontribusi apa yang nanti akan kita berikan kepada karir dan Negara kita setelah lulus studi. Disini kita juga bisa menjelaskan kenapa menurut kita jurusan di kampus tersebut lebih bagus dibanding jurusan yang sama di kampus-kampus lain. Kemudian, beberapa kampus biasanya akan menyediakan pertanyaan yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk membuat motivation letter ini, jadi tinggal di ikuti saja. Ini adalah saat yang tepat untuk mencuri hati tim seleksi J
Untuk pendafatran LPDP semua berkasnya dalam Bahasa Indonesia kecuali sertifikat IELTS atau TOEFL yang dari awal memang sudah didapatkan dalam Bahasa Inggris. Namun untuk mendafatr ke universitas kita perlu menterjemahkan beberapa berkas seperti ijazah dan traskrip nilai (bisa dilakukan di kampus saat S1) dan dokumen seperti akte kelahiran serta kartu keluarga bisa dilakukan di penerjemah tersumpah yang ada di kota terdekat.
"Did you have teaching experiences or something else that you can choose TESOL as your master? If not, how could we?"
Pengalaman menjajar saya masih sekiprit banget, hehe. Waktu kuliah saya pernah mengajar di Balai Bahasa UNP (English for Kids) selama kurang lebih 3 bulan, mengajar Bahasa Inggris untuk staff sebuah hotel di Padang (juga 3bulan), dan selebihnya mengajar/training debate di beberapa sekolah. Terakhir sebelum berangkat saya mengajar beberapa bulan di Bukittingi.
Di program saya, bagi yang belum memiliki pengalaman mengajarn atau bagi yang pengalamannya masih dibawah 2 tahun bisa mendaftar pada program M.A TESOL Studies, sedangkan yang pengalaman mengajarnya diatas 2 tahun bisa mendaftar di program M.A TESOL. Masing-masing kampus memiliki ketentuan yang berbeda mengenai pengalaman mengajar ini. Ada yang mensyaratkan pengalaman mengajar namun banyak juga yang tidak sama sekali.



"What's your step to choose Leeds as your destination univ? What kind of consideration did you take? such World Ranking Univ survey or other prestigious surveys?"
Cara yang dulu saya gunakan adalah dengan mengetik keyword “Master of TESOL in England” di Google maka akan keluar beberapa pilihan kampus mana saja di Inggris yang memiliki jurusan tersebut. Kemudian, ada beberapa faktor lain yang bisa dipertimbangkan dalam memilih jurusan, diantaranya:
a. Rangking Universitas
Ini sebenarnya bukan syarat mutlak tetapi layak untuk dipertimbangkan. Namun jangan terpaku dengan rangking universitas secara keseluruhan. Masin-masing universitas biasanya punya spesifikasi masing-masing. Misal, TU Delf di Belanda terkenal dengan jurusan tekniknya. Imperial College London di Inggris terkenal dengan bidang sciencenya. Harvard University di USA terkenal dengan sekolah pemerintahannya. Intinya jangan terlena dengan nama besar kampus. Maka dari itu disarankan untuk melihat rangking berdasarakan jurusan. Beberapa situs yang bias digunakan untuk melihatnya adalah World University Ranking by Subject dan THE by subject. Bagi teman-teman yang ingin kuliah dengan funding dari LPDP, daftar universitas yang masuk dalam list LPDP juga bias dilihat di sini. Lalu bolehkah memilih universitas yang tidak ada didalam list LPDP? Boleh. Asalkan kita punya alasan yang jelas kenapa ingin kuliah di kampus tersebut.
b. Modules dan Dosen
Selain rangking universitas, modules (mata kuliah) yang ditawarakan juga bisa menjadi bahan pertimbangan. Dari website jurusan, biasanya kita bisa melihat apa saja yang akan kita pelajari selama kuliah nanti. Nah, coba dilihat kira-kira “sreg” tidak? Atau jika ragu memlih diantara beberapa univ dengan jurusan yg sama, coba di bandingkan kira-kira univ mana yg modules-nya yang kita liat rasanya “gw banget!”. Behitupun dengan dosen, deskrpisi dosen bisa dilihat langsung di website jurusan, kita bisa lihat interest dosen tersebut apa, buku dan jurnal yg sudah ditulis apa saja. Atau misal waktu kuliah S1 dulu ada tidak penulis yg kita suka banget terus bisa lihat deh beliau ngajar di univ mana.
c. Negara dan Kota
Disini saya akan sedikit cerita kenapa saya memilih Inggris sebagai Negara tujuan dan Leeds sebagai kotanya. Karena menurut saya Inggris adalah salah satu negara yang sangat ramah terhadap muslim, tingkat toleransi masyarakatnya tinggi, negaranyanya nyaman, budayanya masih sangat kuat dan yang tak kalah penting adalah masa studi master disini hanya satu tahun jadi kuliahnya bisa cepat selesai.
"What's your best suggestion for LPDP selection, from early process like documentation selection, Essay, interview ,LGD session and so forth?"
Dalam mendataftar LPDP usahakan semua berkas lengkap dan persiapkan dari jauh-jauh hari karena menulis essay dan meminta surat rekomendasi bisanya akan memakan cukup banyak waktu. Mintalah surat rekomendasi kepada dosen atau atasan di tempat kerja yang benar-benar tahu kita sehingga surat rekomendasinya bisa mendeskripsikan kita dengan tepat. Pihak yang memberikan surat rekomendasi tidak harus selalu professor, petinggi institusi atau dosen tamatan luar negeri. Mintalah rekomendasi kepada orang-orang terdekat seperti dosen pembimbing atau Pembina organisasi yang kita ikuti. Asalkan beliau dirasa bisa “mempromosikan” kelebihan dan potensi kita maka mintalah rekomendasi kepada beliau.
Untuk wawancara, persiapkan berbagai pertanyaan yang mungkin ditanyakan dan kalau bisa latihan dengan teman. Cari tahu segala informasi yang berkaitan dengan jurusan dan kampus tujuan, kota dan Negara tujuan se lengkap-lengkapnya. Ini adalah untuk membuktikan bahwa kita benar-benar siap untuk kuliah dan bukan sekedar coba-coba. Wawancara adalah salah satu proses paling krusial dalam beasiswa ini. Saat bertemu pewawancara beri salam dan perlihatakan bahwa kita “exited” dengan wawancara tersebut. Inilah saat yang tepat untuk bicara dari hati ke hati dengan pewawancara. Jawab semua pertanyaan dengan tenang, percaya diri namun tidak sombong. Jika saat wawancara berakhir dan kita merasa masih ada sesuatu yang belum tersamapaikan, mintalah tambahan waktu untuk bicara. Good luck!
"Apa preparation sebelum ikutan IELTS test?"
Persiapan IELTS bisa dilakukan dengan mengukiti kursus atau membuat kelompok belajar dengan teman. Bahan-bahan bisa di download dari internet lalu di print. Salah satu buku yang sering digunakan dalam persiapan ini adalah buku series IELTS dari Cambridge. Bukunya bisa di download di IELTS Cambridge. Ada juga beberapa situs online yang bisa dipakai untuk latihan IELTS seperti ieltsjuice, ielts-exam, ieltsessentials dan situs lainnya yang bisa ditemukan dengan mengetik keyword “ielts practice” di Mbah Google.
Sekarang teman-teman juga bisa melakukan persiapan IELTS dan TOEFL di blajar.id. Ini adalah platform belajar yang saya dan beberapa teman buat untuk membantu para scholarship hunter untuk meraih impiannya. Proses belajar face to face, bisa per group (5 orang) atau private. Yang menarik adalah... harganya sangat terjangkau. Cek aja dulu IG nya kakaaa hehehe. Atau kalau mau langsung daftar bisa ke link ini ya bit.ly/intensiveclass (promosi lapak hihi).
Kelas blajar.id :) 
      
Kelas blajar.id :)
"Apakah org yg gk terlalu aktif di kampus bisa dpt beasiswa ke luar kk?"
InsyaAllah semua orang punya kesempatan yang sama untuk dapat besiswa ke luar negeri. Namun kalau masih ada kesempatan untuk bisa terlibat di kegiatan kampus, disaranakn untuk ikut karena hal tersebut nantinya juga akan sangat menolong kita dalam proses aplikasi dan akan sangat banyak manfaatnya. Namun kalau memang sudah tidak ada lagi kesempatan, coba cari celah lain kira-kira apa yang bisa dijadikan nilai jual lebih dari kita saat mendaftar nanti. Bismillah aja, saat Allah bilang “kun fayakun” maka tidak ada yang bisa menolak. Optimis ya! J
"Gimana waktu writting essay on the spot dan group leaderless?"
Waktu zaman saya dulu belum ada essay writtingnya jadi saya tidak tahu persis bentuknya dan penilainnya seperti apa. Namun menurut informasi yang saya dengar, tahapan ini akan meminta para pelamar untuk mengemukakan pendapat mereka tentang isu terkini dalam sebuah tulisan. Mungkin bisa dipersiapkan dengan membaca koran atau menonton berita agar kita tahu apa yang saat itu sedang hangat dibicarakan.
Untuk LGD pun begitu, rajin-rajinlah membaca dan mendengar berita. Saat kelompok LGD dibagi nanti, usahakan untuk berkumpul dan berkenalan terlebih dahulu sebelum sesi diskusi dimulai agar saat diskusi berjalan susasananya tidak teralalu tegang dan masing-masing orang tahu apa yang harus mereka lakukan. Disini bisa disepakati siapa yanga akan menjadi mediator dan juru tulis. Hal yang paling di prioritaskan dalam sesi ini adalah manner, bukan matter. Jadi jangan khawatir jika ternyata nanti topic yang didapat tidak kita kuasai, cobalah tetap tenang dan sampaikan pendapat dengan baik sserta santun. Sebaliknya, jika kita sangat menguasai topic yang dibahas, jangan sampai mendominasi diskusi. Ingat, ini adalah Leaderless Group Discussion dan yang menilai sesi ini adalah psikolog. Usahakan semua anggota LGD memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya.
Mengemukakan pendapat bisa dimulai dengan, “Terimakasih atas kesempatannya, menurut saya ……….… bagaimana menurut yang lain?”
Atau jika kita tidak setuju dengan pendapat seseorang bisa disampaiakan dengan “Apa yang disampaiakan sebelumnya sangat menarik, namun sepertinya kurang relevan dengan apa yg kita bahas saat ini. Bagaimana jika seperti ini (kemukakan pendapat kita)?”
Usahakan kita berkontribusi dalam menajaga flow diskusi tetap berjalan dan tetap bersikap santun selama diskusi, meski dalam keadaaan tidak sependapat sekalipun.

"Is there any possibilities for me as an English student to continue my master degree at Economic fields?"
Bisa saja asalakan saat mendaftar kampus dan beasiswanya kita bisa menjelaskan dengan baik alasan “nyebrang” jurusan tersebut, misal karena tuntutan pekerjaan. Bisa juga dengan menjelaskan ketertarikan kita terhadap jurusan baru tersebut dan apa kontribusi yang bisa kita lakukan dengan ilmu yang didapat dari jurusan baru itu nantinya. Gak ada yg gak mungkin, semangat!
"The living cost there and how can you survive there?"
Biaya hidup yang di Leeds cukup murah dibandingkan dengan kota-kota besar lain seperti London, Oxford atau Cambridge. Biaya akomodasi sekitar 300-400 untuk flat dan sekitar 400-500 untuk rumah keluarga. Biaya ini umumnya sudah termasuk tagihan listrik, gas, dan internet. Harga akan tergantung pada lokasi juga. Semakin dekat ke Uni, akan semakin mahal biasanya. KAlau akomodasi yang saya tempati sekarang ini biayanya 368 per bulan. Ini bisa dikatakan murah karna jaraknya ke kampus sangat dekat.
Untuk biaya makan, saya bisanya join dengan teman satu flat. Kami biasa belanja bahan makanan setiap minggu dan membuat sistem piket masak. Jadi bisa lebih hemat dan tentunya bisa tetap sesuai lidah juga masakannya. Kami biasanya menghabiskan sekitar 50 per bulan. Jadi bertiga sekitar 150.
Kalau untuk transportasi biasanya saya ke kampus dan ke city center jalan kaki karena dekat. Jadi biaya untuk transportasi bisa di press. Kalau untuk berkeliling Leeds seharian bisa juga dengan membeli tiket “one day pass” seharga 4 per orang atau “family/group ticket” seharga 5 untuk seharian (dengan jumlah group 3-5 orang. Opsi ini tentu lebih hemat kalau jalnnnya rame-rame.
Kalau untuk trip ke luar kota, saya biasanya memesan tiket bus atau kereta dari jauh-jauh hari dan ini harganya juga kan lebih murah.
"How can you get a life? I mean, you could travel to here and there while studying for a postgrad study."
Kuliah disini rata-rata cuma sampai kamis dan kuliah saya biasanya satu modul per hari. Selebihnya bisa dipakai buat reading dan bikin tugas. Kalau untuk perjalanan yg dekat saya biasanya ambil hari weekend dan untuk perjalanan yang agak jauh kemaren saya memakai jatah Christmast break. Perjalanan saya yang benar-benar “jalan-jalan” pun sebenarnya hanya sekali saat Christmast break lalu itu. Selebihnya saya lakukan sebelum studi dimulai (minggu-minggu pertama kedatangan) kemudian trip ke London yang pertama karena harus lapor diri di KBRI dan trip ke London yang kedua untuk menghadiri konferensi. Selebihnya jalan-jalan di dekat rumah, taman dan city center saja
Semoga penjelasan saya menjawab pertanyaan teman-teman ya. Mohon maaf baru bisa menjawab pertanyaannya sekarang. Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna namun semoga bermanfaat. Semoga Allah mudahkan ikhtiar teman-teman semua.
Semangat!
Leeds, 28 Feb 2016 (17.26 am) "Di repost ke blog dari Padang, 14 Februari 2018" hehe :)
Share:

Kamis, 01 Februari 2018

Hijrah, Sebuah Perjalanan Menemukan

Halo halo Assalamua'laikum,
Kayaknya udah lama banget nggak update blog, sekarang mumpung lagi free mau cerita sedikit. Hampir empat tahun berlalu tapi rasanya detail cerita ini belum pernah saya ceritakan di kanal media sosial manapun, so I think this is the right time! :)


Tentang hijrah, tentang sebuah perjalanan menemukan. Tentang saya yang sudah terlahir sebagai Muslim sejak lahir tapi sebelumnya melihat agama ini hanya sebagai atribut ibadah. Dulu, yang saya tahu, Islam itu adalah tentang sholat, puasa, sedekah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ibadah satu arah dengan Allah saja. Alhamdulillah-nya, dari awal tamat SD saya sudah ingin sekali berkerudung, padahal waktu itu masih sedikit sekali anak-anak yang berkerudung. Jadi Alhamdulillah nggak ada drama dengan momen awal berkerudung, hehe. Kemudian saya sendiri yang meminta kepada orangtua untuk di sekolahkan di sekolah Islam dan tinggal di asrama selama tiga tahun masa SMP, otomatis disini saya lanjut kerudungannya. Setelah itu saya melanjutkan ke SMA umum dan menjalani hari-hari seperti anak SMA pada umumnya. Sekolah, ikut OSIS, main sama teman-teman. Saya bukan tipikal anak yang rajin datang ke forum-forum annisa semasa SMA. Saya yang songong saat itu merasa bahwa selagi saya masih sholat, masih baca Qura'n, masih berkerudung rasanya saya belum perlu lah datang ke forum-forum begitu. Teman-teman saya juga baik, saya ngerasa agama saya baik-baik saja jadi saya merasa nggak butuh-butuh banget lah datang ke forum-forum seperti itu, songong banget parah :(

Naudzubilah min dzalik.. :(
Semua berlanjut saat saya masuk ke bangku kuliah. Lagi, saya merasa tak ada yang perlu di benahi sekali dalam diri saya, in terms of religion anything related to it. Saya sudah melakukan semua ibadah-ibadah "default" yang Islam perintahkan, saya menjauhi segala hal yang Islam larang. Kuliah  lancar, komunitas jalan. Saya happy-happy aja ngejalanin semuanya. Makanya saya merasa tidak harus meng-upgrade ilmu apa-apa saat itu. Saya merasa sudah di posisi aman dan cukup. Saya juga nggak tau kenapa bisa begitu. Pokoknya rasanya waktu itu tidak terpanggil untuk ikut forum-forum yang ada di kampus.

Padahal saat itu saya dikelilingi oleh teman-teman yang pemahaman agamanya sudah jauh berlapis lapis diatas saya. Kerudungnya "rapih", yang pada rajin banget ikut kegiatan dakwah kampus, yang energinya nggak habis-habis buat ngajakin orang untuk kebaikan, yang menjadikan Islam lebih dari sekedar perkara sholat, puasa dan lain-lainnya. Mereka yang kalau lagi ngobrol rasanya iman langsung ke boost up. Tapi apa? tiga tahun kuliah dan berteman dengan mereka saya sama sekali tidak tergerak untuk melakukan hal yang sama. Saya bukan pihak yang skeptis dan menghindar, tapi tidak juga mengikuti. Pokoknya ya gitu, waktu itu saya ngerasa udah berada di posisi cukup. Cukup dengan memakai celana jeans ke kampus, cukup dengan kerudung yang di lilitkan ke bahu (dan kadang terawang pula), cukup dengan ibadah yang juga sebenarnya masih sangat standar, pokoknya merasa cukup aja dengan semua yang sudah saya lakukan sehari-hari saat itu.

Sampai pada suatu saat, di tahun akhir kuliah, seorang kakak di komunitas debat yang saya ikuti mengajak kami untuk membuat sebuah kelompok kecil. Kelompok kecil yang ended up jadi tempat berbagi ilmu dan berbagi cerita. Kami menyebutnya halaqah. Sebelumnya saya sudah familiar dengan istilah tersebut karena teman-teman saya yang berjilbab "rapih" itu sudah lebih dahulu mengikutinya. Di awal awal mengikuti halaqah rasanya biasa saja, namun lama-lama jatuh cinta. Namaya Kak Nurul, dialah yang pelan-pelan mengajak kami untuk mengenal Islam dengan lebih baik lagi. Hijrah ini takkan mudah tanpa dukungan Kak Nurul tdan eman-teman saya yang selalu tulus mendukung, serta mendoakan. Allah juga pertemukan saya dengan teman satu lingkaran yang mau sama-sama belajar, ukhties saya di club debate. I love them for the sake of Allah, really. I mean it..

Dakwah mereka lembut,
Membina, bukan menghina
Memuji, bukan mencaci
Mengajarkan, bukan menertawakan
Oleh sebab itulah saya bertahan

Dari sana perlahan saya belajar, saya mulai memahami bahwa Islam yang saya bawa sejak lahir ini bukan hanya sekedar sholat dan puasa, tapi sistem hidup yang mengatur seluruh tatanan kehidupan kita mulai dari hal terkecil sampai hal paling kompleks sekalipun. Mulai dari akidah sampai muamalah, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, cara kita makan, cara kita minum, cara kita berteman, bertetangga, apapun.. bahkan cara kita masuk toilet pun diatur dalam Islam. Dan da'wah itu ternyata tugas seluruh Muslim. Dakwah tak harus melulu di Masjid ngasih ceramah. Makna da'wah itu ternyata luas. Dengan kita jadi agen Muslim yang baik, membawa Islam dalam tingkah laku kita, orang senang sama kita, itu juga da'wah. Kita berhijab tapi kita tetap bisa aktif di kegiatan sosial, suka bantu orang, itu da'wah.

Ada beberapa hal yang sebenarnya mungkin sudah kita ketahui tapi terlupakan. Lupa karena tak ada yang mengingatkan. Karena manusia itu tempatnya lupa, makanya kita butuh orang-orang soleh untuk selalu mengingatkan kita. Karena salah satu cara menjaga iman kita yang naik turun mcam roller coaster ini adalah dengan berkumpul bersama orang-orang sholeh. So if you have found one, keep them. If you haven't, go find the circle. Kita takkan kuat kalau sendiri, berat. Baiknya kita sama-sama saja :)

Karena terkadang kita yang sudah Islam dari dulu ini merasa tak perlu lagi meng upgrade apa apa karena kita pun mungkin sedang tidak memperjuangkan apa-apa berkaitan dgn agama kita. Berbeda dengan saudara-saudara kita yang mualaf yang mungkin harus memperjuangkan banyak hal, mempelajari banyak hal dan tak jarang mengorbankan banyak hal untuk berislam secara kaffah. Sedangkan kita? We take our religion for granted. 

Saya jatuh cinta sekali dengan salah satu potongan zikir yang ada di dalam zikir pagi petang (al-matsurat) Hasan Al-Banna. Saya yakin teman-teman pun sudah familiar dengan zikir indah ini, Zzkir tersebut berbunyi:

“Radhitubillahi Rabba, wa bil islami diina, wabi muhammadiin nabiya wa rasulullah….”Yang artinya : Aku Ridho Allah Subhanahu wata'ala sebagai Tuhanku, Islam sebagai sistem hidupku, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi dan rasulku.

Diin (agama) disini dibahasakan sebagai sistem hidup. Pemilihan kata yang 
indah karena sejatinya begitulah seharusnya kita memaknai agama kita. Sebuah sistem hidup yang mengatur apa-apa yang kita lakukan sebagai penganutnya. Begitu pun kalimat "aku ridho..", ini menurutku dalam sekali. Ini semacam ikrar antara kita dan Allah. Ridho menurut kamus al-munawwir artinya senang, rela. Coba kita renungi, apakah di dalam kehidupan sehari-hari kita benar-benar sudah ridho terhadap Allah dan atas apapun yang Ia tetapkan terhadap diri kita? Atau masih banyak mengeluh dan protesnya? Begitupun dengan keridhoan kita terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul kita. Saya faham butuh waktu untuk bisa sampai ke tahap ini. Saya sendiri pun masih belajar. Masih jauh.. Tapi paling tidak kita harus terus belajar, harus terus perproses. Dan ingat, proses itu harus selalu keliatan hasilnya walaupun sedikit. Dalam apapun, baik kita dan agama kita atau pun kita dan kerudung kita.

Ngomong-ngomong soal kerudung, saya teringat postingan Gitasav yang bercerita bagaiman a seharusnya kerudung kita ini bukan sekedar kain yang menempel di kepala saja. Karena kerudung kita adalah identitas agama. Saat kita memakai kerudung, berati kita memakai dan "membawa" agama kita kemanapun kita pergi. Berat? Iya. Tapi bukan berarti ini bisa menjadi justifikasi kita untuk melepas kerudung. Berkerudung sama wajibnya dengan sholat. Perintahnya tertulis di al-Qura'n. Tapi berkerudung disaat kita benar-benar sempurna juga tak akan pernah ada momennya. Karena kita manusia dan fitrahnya manusia memang akan selalu berbuat salah. Semoga si "penutup kepala" ini bisa jadi alarm untuk kita. Jangan sampai kita berkerudung tapi cara fikir, sifat dan kelakuan kita jauh dari apa yang agama kita ajarkan. Saya pun begitu, kadang malu karena udah berkerudung segede taplak meja gini tapi masih suka lalai, suka khilaf dalam banyak hal. :(

- Gita Savitri Devi -
Sejalan dengan Gitasav, saya salut dengan teman-teman yang bisa menjaga agama dan selalu bisa istiqomah tak peduli sekeras apapun badainya. yang menjunjung tinggi kerudungnya, yang rela meninggalkan segala hal yang tidak merepresentasikan agamanya demi selembar kain dikepalanya. Yang tetap bisa menebar manfaat dan mengaktualisasikan diri dengan pakaian taqwa yang menutupi tubuhnya, saya salut. Saya salut kepada mereka yang benar-benar telah bisa membawakan Islam sampai ke seluruh aliran darahnya, ke detak jantungnya, ke denyut nadinya. Saya salut dan saya iri,
tolong doakan saya, ya.

Mungkin selama ini kita sibuk dengan hal-hal yang jauh lalu lupa dengan hal yg sebenarnya dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita sibuk memikirkan kapan ketemu jodoh lalu lupa bahwa beberapa kosmetik kita waterproof dan kosmetik waterproof itu tidah bisa ditembus air wudhu. Apa yang terjadi jika wajah kita tidak terbasuh sempurna? Wudhu kita tidak sah. Lalu? Otomatis sholat kita juga tidak sah. Serem kan? Padahal sholat ini adalah hal paling pertama yang akan dihisab di akhirat kelak. Begitu juga lipstik, kalau pas minum warna lipstiknya nggak nempel di gelas, berarti dia waterproof. Sederhana tapi sering terlupa. Ini kamaren diingatkan lagi sama adek Lola (@lolanyunyuu) di instagramnya. Makasi Lolaaa.. :') Sungguh, perjalanan menemukan ini masih panjang.. Semoga Allah mudahkan langkah kita dan Allah kuatkan hati kita.. 


Share:

Kamis, 26 Oktober 2017

Sehari di Paris

Paris adalah kota yang sempat hampir saya hapus dari bucket list saya. Penyebabnya adalah maraknya ledakan bom yang saat itu terjadi di Paris dan isu islamophobia yang menjadi momok pasca ledakan itu terjadi. Saya ingat betul saat sebuah ledakan di terjadi di Paris, saya yang saat itu menonton beritanya dari sebuah restoran cepat saji di Inggris bersama beberapa orang teman bule lainnya sangat merasakan ketegangannya. Maka dari itu, tadinya saya sudah ingin mengikhlaskan Perancis dari daftar negara yang ingin sekali saya kunjungi, seperti saya mengikhlaskan Turki dihapus dari bucket list saya di pertengahan tahun lalu. 

Tak hanya itu, Paris mendadak menjadi tak menarik setelah beberapa teman bercerita tentang pemgalaman mereka yang tak menyenangkan saat mengunjungi kota itu. Ada yang kecopetan tas dan passport sampai tidak bisa balik ke UK, ada yang kehilangan handphone, dan banyak cerita-cerita tak enak lainnya yang saya dengar tentang Paris. Tapi setelah di fikir-fikir lagi, you're not travelling Europe if you're not visiting French, right? hehe.. Jadinya kami tetap memutuskan untuk mengunjungi negeri Napoleon Bonaparte itu meski hanya sehari. 

Maka inilah sedikit cerita tentang sehari mengelilingi Paris. Perjalanan bus dari Amsterdam ke Paris ditempuh kurang lebih 6 jam. Saya dan Sekar menaiki bus malam dengan tujuan bisa menghemat biaya penginapan (mahasiswa banget yaa wkwk). Tapi bus-bus antar negara di Eropa biasanya sangat nyaman. Busnya juga dilengkapi dengan portable plug yang memungkinkan kita mengecas hp dan kamera selama perjalanan. Maklum, hp dan kamera adalah asset terpenting bagi traveller student seperti kami waktu itu. Karena memang ketika sampai di negara-negara tujuan, tak ada hal yang paling menarik selain mengabadaikan setiap sisi kota dan menangkap setiap momen berharganya lewat lensa. Kami tidak akan mengisi liburan dengan shopping-shopping fancy karena memang budget-nya tidak ada hihihi..


                    


Setelah perjalanan yang cukup panjang, membelah jalanan Eropa yang sunyi senyap, akhirnya kami sampai di Paris. Rasanya? deg-degan bahagia. Subuh di Paris benar-benar sepi. Di sepanjang jalan sudah mulai beralas dedaunan yang gugur. Tanda musim panas sudah mulai berakhir dan musim gugur berangsur datang.  Kami sampai ketika Paris masih sangat gelap, sekitar pukul 5 subuh saat itu. Untung saja teman kami, Satria, sudah memberikan instruksi harus kemana dan naik transportasi apa setelah turun dari bus. Kami berjalan menggerek koper menuju stasiun tube terdekat, tapi karena memang masih sangat pagi, ternyata pagar stasiunnya masih tutup. Disekitar masih gelap sekali, tidak ada siapa-siapa yang bisa ditanyai. Disitu saya dan Sekar mulai sedikit was-was. Bagaimana nanti jika tiba-tiba datang segerombolan penjahat berbadan besar bertato lalu kami di culik dan dibawa kabur ke pinggiran Eropa? (kebanyakan nonton film thriller hihi). Syukurnya mimpi buruk itu tidak terjadi karena tepat jam 6, dari kejauhan terlihat samar-samar sosok berseragam lengkap mendekat kearah gerbang, kemudian membukakannya untuk kami. Agak unik memang tube station , karena di Inggris saya tidak pernah melihat station yang punya gerbang. FYI, gerbangnya persis kayak gerbang sekolah yang terbuat dari besi itu. Kami menuni anak tangga menuju tube station, membeli tiket dan kereta bawah tanah itu membawa kami melesat secepat kilat ke tempat tujuan.  

Perjalanan mengelilingi kota Paris ini tadinya akan di temani oleh Satria, teman kami satu angkatan beasiswa yang berkuliah di Univeristy of Sorbonne. Namun qadarullah hari itu Satria demam tinggi sehingga harus bedrest. Karena tadinya tau mau di guide, jadinya kami tidak membuat itinerary detail untuk di Paris (ini jangan ditiru yaa). Untungnya, meskipun sedang sakit, Satria tapi tetap berbaik hati membuatkan kami super detail itinerary dilengkapi dengan peta yang sudah diberi stabilo dan notes lengkap berisi jenis transportasi apa saja yang harus kami ambil nantinya. Satria memastikan kami benar-benar faham dulu semua rute sampai akhirnya kami berangkat. Beneran suka terharu sama teman-teman yang baiknya kebangetan kayak gini. 


Perjalanan menyusuri sisi kota Paris pun dimulai. Saya dan Sekar memulai perjalanan kami dari Museum Louvre. Museum dimana karya-karya seniman hebat dunia ditampilkan., salah satu yang paling terkenal seperti lukisan monalisa. Museum seni ini merupakan museum yang paling banyak dikunjungi oleh turis dari berbagai penjuru dunia. Saya sebenarnya punya free entry previlage untuk masuk ke dalam musium karena berstatus student. Namun saya yang parno parah takut kecopetan ini meninggalkan semua dokumen penting di dalam koper, termasuk student card. Akhirnya saya hanya bisa masuk sampai lobi dan tidak melihat sampai ke dalam. Sungguh sangat merugi. :( Akhirnya Sekar masuk sendirian dan saya menunggu di bagian luar, sambil berkeliling di toko-toko suvenir.. huhu nggak mutu banget yaaa. Tapi akhirnya nggak sanggup beli apa-apa juga karena semua mahaalllll. Akhirnya cuma beli postcard sama magnet kulkas, again. Ohya disini kami mendapatkan pengalaman yang cukup unik. Ketika berphoto-photo, tiba-tiba datang seorang bapak tua dengan kamera polaroid vintage di tangannya yang dengan sigap memotret kami. Belum selesai kekagetan saya dan Sekar karena mendadak di photo, tiba-tiba si Bapak mamaksa kami membayar 20. Fix, kena prank! >.< Kami pun menolak karena dari awal kami tidak pernah meminta diambilkan photo. Tapi karena kasihan tetap kami beri 5 kemudian kabur hehehe. Yaap, thing like this happnens in tourism spots in Eurpore. 

Bagian luar musium yang sangat artistik, buat bisa photo di spot ini antrinya luar biasa ~

The euro travellers hehe

Setelah puas menikmati keindahan Louvre, kami melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi ikon Paris selanjutnya, Arc de Triomphe. Saat mengunjungi tempat ini, seketika saya merinding karena teringat salah satu scene di film 99 Cahaya di Langit Eropa. Di film ini diceritakan bahwa dari monumen ini, jika di tarik garis lurus kearah timur, maka kita akan bertemu dengan kota Mekkah. Posisinya benar-benar sejajar. Subhanallah.. Kenapa bisa bgitu? Kabarnya, ini merupakan bagian dari kekaguman Napoleon Bonaparte terhadap Islam. Sejak Napoleon masih masih menjadi perwira Prancis di Mesir, ia sangat terkesan dengan Islam :)


Arc de Triomphe

Selesai dari Arc de Triomphe dan Camp de Elysées, kami menuju ke sebuah desa pelukis bernama Monmartre Village. Tempat rekomendasi Satria. Dan entah kenapa, tempat ini rasanya melekat sekali di hati saya hingga sekarang. Lokasinya memungkinan kita untuk melihat kecantikan kota Paris dari ketinggian. Tempat dengan pemandangan yang indah, musisi jalanan di mana-mana, pokoknya Indah. Bagi saya, Monmartre tak ubahnya seperti galeri seni di alam terbuka. Di tempat ini berkumpul banyak pelukis dari penjuru dunia yang melukis di sepanjang jalan. Beberapa terlihat sedang melukis pejalan kaki yang lewat. Oh it's always fascinating to see people paint 💕  Disini saya juga bisa mempraktekkan satu-satunya bahasa Prancis yang saya bisa, bonjour! Lalu mereka menjawab dengan sapaan yang sama, bonjour! kemudian dilanjutkan dengan ngobrol berbahasa Inggris, hehe seru :)) Ketika kami mengatakan dari Indonesia, mereka langsung menjawab "Oh, Soekarno!". Wah Bapak Proklamator kita se terkenal itu.. Pokoknya kalau suatu saat nanti teman-teman berkesempatan ke Paris, wajib sekali mengunjungi tempat ini. Ohya, konon kabarnya musisi Anggun C Sasmi juga tinggal di sekitar sana, lho. 



 
The street artists.. they're just so kewl ~
Dari Monmartre, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Raya Paris. Mereka menyebutnya Grande Mosqueè de Paris. Lambang bulan bintang masih terlihat kokoh di puncak menaranya, umat muslim pun masih bisa sholat dan mengaji disana. Tak ada tanda kebencian apapun. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.. Memang agak jauh dari pusat kota, but definitely worth to visit. Mengunjungi masjid-masjid di bumi Eropa ini selalu menjadi hal sangat menarik. Setelah menempuh beberapa menit perjalanan kereta, kami akhirnya sampai. Saya tertegun melihat bagaimana arsitekur dan kaligrafi Islam terlihat sangat mewah menyelimuti seluruh sisi masjid. Masjidnya juga ramai dan kegiatan beribadah terlihat seperti biasa saja. Disana juga tidak ada pengawasan polisi yang gimana-gimana banget. Semuanya berjalan normal. Kunjungan ke Masjid itu benar-benar membuka mata saya bahwa cahaya Islam itu benar-benar telah tersebar ke seluruh bumi ini. Bahkan di Paris, kota fashion dengan sejuta kemewahan dunianya, ada sebuah Masjid besar yang selalu ramai saat waktu sholat tiba. Meski tak terdengar kumandang azan yang bersahut-sahutan di langit-langit kota ini karena memang hanya boleh terdengar untuk di bagian dalam masjid saja, namun itu sudah lebih dari cukup :')


Grande Mosquee de Paris 💕  (copyright: wikimedia.com) sedih karena kelupaan ambil photo whole look kayak gini

Di Masjid ini jugalah kami bertemu dengan Mas Akzar, seorang pelajar Indonesia yang sedang mempersiapkan S3 nya di sana. "Dari mana Mba?" tegur beliau mengagetkan. "Wah orang Indonesia, Mas? Tadi kirain Malaysia.." Awalnya kami takut menegur karena mengira Mas ini orang Malaysia, wajah melayu kan mirip-mirip yaa hehe. Rasanya seperti dapat jackpot ketika bisa bertemu dengan sesama warga Indonesia di negeri nan jauh itu. Mas Akzar bercerita banyak hal tentang kehidupan di Paris hingga akhirnya beliau menawarkan untuk menemani kami melanjutkan perjalanan mengelilingi kota Paris. Saya dan Sekar awalnya nggak enak karena mungkin saja Mas Azkar ini ada keperluan lain. Tapi beliau bilang tidak apa-apa. Maka jadilah setengah hari selanjutnya kami habiskan bersama Mas Azkar, tour guide warga lokal yang tentunya anti nyasar.. 😁 

Dan tujuan kami selanjutnya adalah.... Menara Eiffel! Saat pertama kali melihat menara ini di depan mata, rasanya kehabisan kata sekali. Cantik, semakin senja semakin cantik. Kami menghabiskan waktu di taman dibawah menara, bersantai menatapi menara dari jauh. Cuma duduk bengong aja tapi rasanya udah bahagia hehe..

Mas Akzar dan dua bocah petualang
     
Senja di Manara Eiffle.. MashaAllah, speechless.


Perjalan sehari di Paris mengajarkan saya banyak hal baru. Saya awalnya ber suudzon dengan negara ini akhirnya sadar kalimat we cannot judge something just from its cover itu benar adanya. Paris ternyata kota yang sangat ramah, tenang dan cantik apa adanya. Salah satu kota tercantik yang pernah saya kunjungi. Di Paris saya dan Sekar juga dipertemukan dengan orang-orang baik, Satria dan Mas Azkar yang membuat perjalanan kami terasa lebih ringan. So, merci beaucoup, Paris. Je t'aime ~

Ps: Perjalanan di negara sebelumya (Belanda) ada disini yaaa. Silahkan kalau mau di intip hehe..


Share:

Kamis, 29 Desember 2016

Berislam di Inggris

Ketika mendengar kata Islam dan Inggris mungkin yang pertama kali terlintas di benak kita adalah Islamophobia, rasisme, susahnya beribadah, susahnya mendapat makanan halal dan hal-hal lain yang menyulitkan kita sebagai seorang Muslim. Namun hal tersebut tidak benar adanya. Pendapat ini bisa saja tidak objektif karena saya hanya tinggal di Inggris selama setahun dan hanya di kota Leeds saja. Meski pernah mengunjungi kota-kota lain selain Leeds, tetapi saya tidak berdomisili disana. Namun paling tidak, inilah yang saya rasakan selama tsetahun di Inggris. Suasana Islam di Inggris juga terasa jauh lebih kental dibandingkan dengan beberapa negara-negara lain di Eropa yang pernah saya kunjungi. Sekali lagi ini hanya pendapat personal saya ya, orang lain bisa saja berfikiran berbeda, hehe..



Hal ini jugalah yang akhirnya membuat saya jatuh cinta dengan Inggris. Selain alasan akademis, hal lain yang akhirnya membuat saya mantap memilih Inggris (eaaaa) adalah harmonisnya kehidupan Muslim disana. Muslim sudah lama menjadi bagian dari kehidupan orang Inggris. Keberadaan Islam di Inggris dibawa oleh imigran Muslim dari India, Bangladesh dan Pakistan semenjak abad ke 18 lalu. Selain itu, cahaya Islam juga di perkenalkan oleh pedagang, pengusaha dan cendekiawan Timur Tengah ke negeri Ratu Elizabeth itu. Hidup berdampingan selama beratus-ratus tahun lamanya, mungkin hal inilah yang membuat orang Inggris tak asing lagi dengan Islam. Berdasarkan laporan dari telegraph.co.uk, The Pew Forum on Religion and Public Life memperkirakan bahwa hingga saat ini ada sekitar 2.869.000 muslim di Inggris atau 4,6 persen dari total populasi. Meski angka ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah Muslim di Indonesia, namun percayalah bahwa di Inggris kita akan sangat mudah menemui Muslim berjenggot tebal di taman-taman. Kita juga akan sangat mudah bertemu Muslimah-Muslimah bercadar di pusat perbelanjaan. Jadi kata pertama yang terlintas di benak saya di hari-hari pertama menjalani kehidupan di Inggris adalah ... "Masha Allah, negara ini gemeesssh sekali.." Eh, nggak ding, waktu itu kata-kata "gemessh" belum booming kayaknya 😂

Intinya saya kagum sekali dengan keberagaman orang-orang Inggris dan bagaimana mereka menerima Muslim dengan sangat baik disana. Lalu bagaimana dengan hal-hal praktikal seperti tempat ibadah, makanan halal, waktu sholat dan lain sebagainya. Yuk kita bahas satu-satu.

1. Tempat Ibadah
Beberapa teman di Indonesia sempat terkejut saat saya menceritakan bahwa kita juga dapa menemui Masjid-Masjid besar di Inggris. Di Leeds, misalnya, terdapat tiga Masjid besar di kota itu. Salah satu Masjid yang paling dekat dari tempat tinggal saya adalah Leeds Grand Mosque. Masjid ini selalu ramai saat waktu sholat tiba. Selain sebagai temat ibadah, ia juga menjadi pusat kajian Islam. Di sore hari, sering diadakan kegiatan pengajian, talkshow keislaman, belajar Al-Qur'an, kegiatan amal, dan lain sebagainya. Canggihnya, semua kegiatan Masjid bisa di aksis di webiste Masjidnya. Masjid disini benar-benar tersas hidup. 


Copyright www.leedsgrandmosque.com

Copyright www.bilalmasjid.org.uk

Tak jarang Masjid-Masjid disini dikunjungi oleh warga lain yang beraga Non-Muslim. Mereka biasanya datang bersama institusi tempat mereka bekerja. Beberapa juga datang dengan inisiatif sendiri, mungkin ia ingin mengenal Islam lebih dekat. Pernah suatu hari saat sholat tarawih Ramadhan lalu, seorang bule blonde datang ke Masjid bersama seorng temannya yang Muslim. Ia terlihat ikut memakai penutup kepala. Agaknya itu syal musim dingin yang ia jadikan selendang. Selama jamaah sholat, ia duduk memperhatikan dari belakang. Setelah sholat selesai, ia kembali bergabung dengan jamaah lain dan terlihat mengobrol bersama. Semoga Allah sampaikan cahaya hidayah itu ke hatinya :')

Di Inggris juga ada hari dimana Masjid sengaja dibuka untuk umum. Nama acaranya adalah #VisitMyMosque. Selain untuk syiar, acara ini dibuat untuk untuk menjawab secara langsung persepsi negatif tentang Muslim dan Islam. Tak hanya itu, sekolah-sekolah biasanya juga mengadakan kunjungan ke tempat-tempat ibadah umat beragama di Inggris, termasuk juga Masjid. Dan pengurus Masjid akan sangat senang sekali bercerita saat teman-teman kecil ini datang berkunjung. Sifat terbuka masyarakat Muslim Inggris inilah yang kiranya membuat Islam tumbuh sangat pesat di negeri ini 😊

Selain Masjid-Masjid besar di kota, tempat ibadah juga bisa ditemukan di kampus. Di kampus saya misalnya, ada mushalla kecil bernama Green Room. Letaknya tak jauh  dari kelas belajar. Jadi ketika ada break kuliah, para mahasiswa Muslim bisa sholat disana. Selain itu, beberapa perpustakaan kampus juga menyediakan praying room. Jadi tak usah khawatir mencari tempat sholat di kampus. 


Copyright (Islamic Society Website)
Akan tetapi, saat berkunjung ke kota lain yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya, kadang kita akan terkendala dalam mencari tempat ibadah ini. Selain tempatnya yang asing, kalaupun ada, kadang jaraknya sangat jauh dari pusat kota. Disaaat-saat clueless seperti inilah kita harus memutar otak mencari tempat sholat. Jika sedang berada di museum atau art gallery, jangan segan untuk bertanya kepada petugas disana. Tak jarang mereka membukakan sebuah ruangan khusus dan mengizinkan kita untuk sholat disana. Bahkan seorang teman pernah dibukakan sebuah kamar hotel kosong khusus untuk mereka sholat disana. Di beberapa tempat seperti bandara dan mall juga sering disediakan "quiet room atau multifaith room" yang bisa digunakan oleh semua umat beragam untuk beribadah. Trinity Leeds, sebuah mall besar di Kota Leeds, juga memilikinya. Tetapi kebanyakn yang beribdaha disini adalah umat Muslim.

Quiet room di Trinity Mall Leeds

Namun demikan, tak jarang kita harus sholat di taman-taman terbuka, di atas bebatuan (jika sedang hiking misalnya), atau didalam bus/kerata jika sedang dalam perjalanan. Inilah salah satu tantangan menjadi minoritas. Ruang ibadah tak sebanyak jika kita berada di negara yang jumlah Muslimnya adalah mayoritas. Namun disitulah kecintaan kita pada-Nya diuji. Mampukan kita tetap mematuhi perintah-Nya saat sholat lima waktu menjadi sesuatu yang harus sangat "diupayakan''? :)

Sholat di taman :)


2. Makanan Halal
Sebagai negara dengan jumlah Muslim yang tidak sedikit, tentu tak begitu sulit untuk mencari makanan halal di kota ini. Misalnya, di depan University of Leeds, berjejer banyak sekali restoran halal yang dijual oleh babang-babang Pakistan, India atau Arab. Harganya pun cenderung lebih murah dibanding restoran-restoran British. Salah satu favorit saya adalah peri-peri grilled chicken di restoran Charcos ini. Letaknya persis di depan Parkinson building, iconnya University of Leeds. Salad disini juga enak dan segar sekali. Ya Allah ini nulisnya sambil ngileeer 😂
Ohya, jika sedang bepergian ke kota lain, kita tinggal search "Halal restaurant" di google dan nanti akan keluar banyak pilihan disana. 



Charcos restaurant
Jika ingin memasak sendiri, kita juga bisa dengan mudah menemukan halal butcher di supermarket atau toko babang-babang Arab (all hail to babang Arab, mereka banyak sekali jasanya 😂). Di Supermarket Morrisons di Leeds, misalnya, pojok halal butcher ini bisa dengan mudah ditemukan di antara rak bahan mentah lainnya. Label halalnya pun langsung dikeluarkan badan sertifikasi yang resmi seperti oleh Halal Food Authority.

Bagaimana dengan jajanan sehari-hari seperti makanan kemasan? Sebagai negara yang sangat peduli dengan kepuasan (dan keselamatn konsumen), semua produk makanan di Inggris dilengkapi dengan ingredients. Disana kita bisa melihat apa saja yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain itu, kita juga bisa mengecek label vegetariannya. Jika ditemukan label "suitable for vegetarian", kemungkinan besar makanan itu aman (aman dari minyak atau gelatin babi). Namun, kita tetap harus berhati-hati. Coba cek juga apakah ada kandungan alkohol didalamnya. Teringat dulu saya sudah ingin sekali beli cheese cake, ada vegetarian checknya eh tetapi ternyata ada alkoholnya juga. Penonton kecewa.. 😅⁠⁠⁠⁠

Jika makan di restaurant, untuk menu ayam atau daging, kita bisa menanyakan apakah dagingnya halal atau tidak. Kemudian kita juga bisa minta tolong pelayan untuk mengecek bahan pembuat makanan tersebut. Ingat dulu saya pernah ingin beli sushi, terus ragu ada kandungan alkoholnya (anak parnoan, hihi). Pelayanannya dengan sigap mencari buku resep dan mengecek apakah ada campuran alkokhal di nasi sushi tersebut. Karena tidak yakin mengecek sendiri, ia pun menanyakan managernya untuk meyakinkan. Dia benar-benar ingin memastikan bahwa makanan tersebut bebes alkohol (saya terharuuu..)

Jangan takut untuk menanyakan hal-hal seperti ini saat makan di restoran di Inggris, mereka selalu siap sedia buku resep di lemari mereke. Jadi jangan sungkan-sungkan. 😃


3. Kehidupan Sehari-hari
Alhamdulillah selama setahun di Inggris saya tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenagkan hanya karena saya seorang Muslimah dan berhijab. Apalagi hijabnya segede taplak meja gini 😆  Mereka sangat menghargai identitas kita sebagai Muslim. Sebagian besar malah bertanya tentang apa itu Islam, kenapa harus sholat, dan kenapa kita harus puasa. Disinilah kesempatan kita untuk memperkenalkan Islam lebih luas. This is our chance to be the agent of Muslim. Di dalam kelas pun tidak ada perlakuan yang berbeda. Mereka tidak melihat hijab kita, namun melihat apa yang ada dibalik hijab kita.. :) Meski ada beberapa hal yang kurang mengenakkan, apalagi kalau lagi ada kejadian seperti saat bom Paris, memang kondisi akan menjadi sedikti tegang. Namun hal ini biasanya tidak berlangsung lama. 

Lalu bagaiman hubungan kita dengan Muslim dari negara lain? Mungkin karena sama-sama minoritas, hungan sesama Muslim sangat akrab disini. Jika beretemu di jalanan, bisanya kami saling membagi senyum dan mengucap salam. Ukhuwah itu benar-benar terasa disana. Pada saat Ramahdan pun, Masjid di Inggris selalu rami dipenuhi Muslim dari berbagai negara. Mulai dari berbagi ta'jil sampai sholat tarawih bersama. Semakin ke penghujung Ramadhan, malah semakin rame. Bahkan saya pernah melihat jamaahnya membludak sampai keluar Masid. Padahal waktu itu summer. Sholat Isya baru dimulai pukul 10.30 malam dan berakgir pukul 12 malam. Tapi orang-orang sangat semangat sholat ke Masjid. Masha Allah, haru sekali melihatnya 😭

Jadi kesimpulannya, bagi teman-teman yang punya mimpi untuk ke Inggris, jangan takut. InsyaAllah Inggris adalah negara yang ramah Muslim. Jikapun ada kendala yang akan dihadapi, semoga hal tersebut membuat kita semakin dekat dengan-Nya dan semakin bersyukur akan segala kemudahan-kemudah yang selama ini telah Ia berikan kepada kita. InsyaAllah ketika Allah beri kita rezeki untuk belajar atau tinggal di sebuah tempat, meski Muslim menjadi minoritas, berarti Allah yakin bahwa kita sanggup untuk menjalaninya. 

"Allah does not burden a soul beyond that it can bear.." - QS. Al-Baqara: 286

Semangat! 😇
Share:

Rabu, 21 Desember 2016

Even If #1

Pagi itu Lana dibuat jatuh cinta lagi untuk yang kesekian kalinya. Lagi dan lagi untuk hal yang sama. Matanya tak berkedip sedikit pun ketika menyaksikan bongkahan-bongkahan putih itu kembali turun. Bulir-bulir salju terlihat turun meliuk-liuk hingga jatuh menyentuh tanah. Musim gugur baru saja usai. Dari kejauhan terlihat pemandangan ranting-ranting pohon tak berdaun. Di sisi jalan terlihat masih banyak daun-daun kuning kecoklatan yang berserakan. Musim gugur seperti enggan untuk benar-benar pergi dari para pengagumnya. Ya, Lana loves autumn but she loves winter more.

Entah sudah berapa kali salju turun di musim dingin kali ini, namun bahagia yang dirasakannya tak berubah. Kagumnya masih sama. Perlahan ia mendekat ke arah jendela dengan secangkir teh hangat di tangannya. Kedua telapak tangannya sesekali melingkari sisi cangkir, mencoba mentransfer hangatnya teh twinnings yang diseduhnya ke sela-sela jemarinya. Ia diam dan kehabisan kata. "Ya Allah, indah sekali", gumamnya dalam hati. Lalu kembali hanyut dalam diam. 



Hari ini Lana harus berangkat ke Conwy, sebuah kota kecil di pantai utara Wales, untuk survey data collection-nya di sebuah sekolah di sana. Conwy terkenal dengan penduduknya yang ramah. Ukuran rumah-rumah disana relatif lebih mungil dibanding rumah-rumah di kota besar. Kota ini dikelilingi oleh bukit. Namun, jika berjalan sedikit ke arah utara, dengan mudah kita akan bertemu dengan pantai. Wales juga terkenal dengan castle-castlenya yang unik. Mungkin nenek moyang pangeran Charles dulu tinggal disana sebelum hijrah ke Windsor castle di London. Castle-castle tua itu sekarang terbuka untuk umum. Dari atas castle orang-orang bisa melihat pemandangan Conwy yang indah. Sesekali akan terlihat kereta api berjalan membelah perbukitan. Conwy benar-benar terlihat seperti negeri dongeng. Suasananya tenang, kotanyanya bersih. Hal inilah yang membuat Lana selalu ingin balik ke Conwy.

Entah kenapa ia sangat tertarik dengan kehidupan masyarakat di kota kecil, terlebih kehidupan sosial anak-anaknya. Ia percaya bahwa selalu ada hal menarik yang bisa ditemukan tentang kehidupan di kota kecil, hal yang takkan pernah  ditemui di kota-kota metropolitan seperti Manchester atau London. Selain itu, jika kehidupan kota besar terbilang cukup dinamik karena penduduknya yang multikultural, kota-kota kecil di Inggris masih dihuni oleh penduduk lokal. Menurutnya, hal ini juga sangat menarik untuk dipelajari.

***

Penunjuk arah google map memprediksi bahwa butuh waktu sekitar empat jam untuk Lana bisa sampai ke Conwy. Namun waktu tersebut adalah estimimasi normal, diluar perhitungan macet dan perubahan waktu jika kecepatan bus harus diturunkan akibat jalanan yang bersalju. Dilihatnya waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, namun bulir-bulir salju di luar sana terlihat tak ingin berhenti turun. Sebaliknya, gumpalan gulali putih itu justru terlihat semakin tebal. Atap-atap rumah sekarang terlihat seperti cookies yang ditaburi tepung gula putih diatasnya. Matahari juga tampak enggan menampakkan dirinya. Ia seolah ingin memberi ruang untuk orang-orang semakin larut dalam suasana winter yang dingin dan sendu itu. 

"Kalau di Indo terang kayak gini tuh kayak masih jam enam pagi ya, Lan", sapa Syila mengangetkan Lana. 
"Eh, iya Syi. Masih sendu banget ya langitnya, jadi mager mau jalan keluar", jawab Lana tersenyum.
"Yakin tetap mau berangkat ke Conwy, Lan? Tebel banget loh saljunya" 
"Iya, gak papa kok.." balas Lana.
"Beneraan..? heater Megabus suka gak nyala lo. Bisa beku nanti di jalan", goda Syila.

Lana sontak terbahak.

"Hahaha kesel. Disini kita kudu jadi cewek harus setrong, Syi. Gampang, ntar tinggal bawa coat tebel sama gloves lah.."

Syila pun ikut tertawa. Ya, mereka sudah faham betul dengan segala kemungkinan yang terjadi jika menumpangi bus hemat biaya kecintaan rakyat muda Britania itu.

"Biasanya kalau cuaca lagi kayak gini busnya suka reschedule, belum lagi kamu harus transfer di Chester. Bisa-bisa nyampe Conwynya malem, Lan. Yakin aman?", ucap Syila kembali memastikan.

"Insya Allah gak papa.. Ntar nyampe bus stationnya aku tinggal nguber terus langsung ke hostel. Tenang aja Bu Syila Aisya Ahmad.." jawab Lana sambil tersenyum.

***

Seperti biasa, Lana memilih duduk di window seat dalam perjalanannya menuju Wales kali ini. Ia semakin menikmati perjalanan ketika deretan lagu-lagu Tulus mulai mengalun indah dari balik earphone kesayangannya, beats berwarna rose gold pemberian syila saat ulang tahunnya dua bulan yang lalu. Syila really knows her best!

Benar saja, selama perjalanan heater busnya sering kali tidak bekerja. Beberapa kali Lana melawan dingin dengan membetulkan letak syal coklat muda yang melingkar di lehernya. Namun, rasa dingin yang sering kali menyeruak itu tak membuat Lana berhenti berdecak kagum atas apa yang Allah sudah suguhkan di depan matanya sepanjang perjalanan. Ia benar-benar sangat menikmati perjalanannya kali ini. Ia cinta salju dan cintanya selalu sama seperti saat pertama kali bertemu.

"We will shortly be arriving at Chester .....", suara driver terdengar sayup-sayup memberi aba-aba kepada penumpang. Tak lebih dari tiga menit setelah itu bus sampai di Chester. Lana harus turun dan menunggu empat puluh menit sampai bus melanjutkan perjalanan ke Conwy. Di bus station ia mencari praying room dan beristirahat sejanak disana. Selesai sholat, ia menelfon Syila dan memberi tahu bahwa ia sudah sampai di Chester. 

"Syi, Alhamdulillah aku udah nyampe Chester nih. Bentar lagi lanjut ke Conwy. Nanti aku kabarin lagi yaa. Hati-hati dirumah.."

Lalu tiba-tiba..

"Hi, orang Indonesia juga yaaa?", sapa seseorang dari arah belakang.
Lana menolah ke arah suara dan mendapati seorang laki-laki berdiri dibelakangnya.
"Eh, hi, iyaa.. dari Indonesia..", jawabnya sedikit terbata.
"Sekolah disini?" tanya laki-laki itu.
"Iyaaa, lagi ambil master.."

"Alana..", ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya.

Seketika lelaki itu membalas dengan mengatupkan kedua telapak tangan di dadanya.

"Zidan.."

"Oh, maaf..", respon Lana sambil buru-buru menarik tangannya kembali.

"That's okey..." balas Zidan ramah. 

Bersambung...


Share: