Rabu, 16 April 2014

Bebaskan Pendidikan di Indonesia dari Sekulerisme

Sejatinya malam ini saya memutuskan untuk tidur lebih awal karena kegiatan sehari ini cukup menguras energi. Namun ketika sudah siap-siap untuk tidur, mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur, tangan saya rasanya geli pengen ngetik. Ide di kepala saya rasanya memberontak untuk segera dikeluarkan. Saya merasa perlu untuk segera menulis. Takut-takut kalau di tunda lagi nantinya malah lupa.

Jadi gini, kemaren di sebuah seleksi yang diadakan oleh pihak universitas saya menyajikan sebuah karya tulis yang membahas dampak globalisasi terhadap pendidikan. Salah satu dampak yang saya kemukakan adalah adanya paham sekulerisme yang mulai merasuk ke dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini sangat berhubungan denagn topik yang say an teman-teman #IndonesiaTanpaJIL Chapter Padang bahas pada kopdar hari Minggu lalu. Dengan sangat menggebu-gebu saya pun menjelaskan bahwa ketika perkara agama dan perkara dunia benar-benar di pisah maka akan berbahaya.  Alasan dari diikutinya paham sekuler ini adalah untuk memaksimalkan masing-masingnya dengan mendikotomi sekolah umum dan sekolah agama.   Ya, mungkin saja kebijakan ini akan mengahasilkan beberapa ilmuan handal namun mereka tidak paham agama, mereka tak tahu norma. Di lain sisi, bisa jadi kebijakan ini akan melahirkan para individu yang faham agama namun mereka gagap teknologi. Disini saya tidak bermaksud menjeneralisasikan, akan tetapi tak bisa dipungkiri bahwa fenomena ini memang kerap kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah salah satu bentuk nyata dari dampak sekulerisme yang digiring oleh kencangnya arus globalisasi ke dalam dunia pendidkan saat ini.

Nah, yang namanya presentasi (red: ujian) karya tulis pasti akan ada penguji toh? Para penguji inilah yang nantinya akan “mempertanyakan” tulisan saya. Dalam hal ini saya diuji oleh empat orang penguji dengan satu pertanyaan (panjang) dari masing-masing penguji. Alhamdulillah satu per satu pertanyaan bisa saya jawab dengan lancar hingga akhirnya sampailah saya pada sebuah pertanyaan yang bikin saya gregetan. Pertanyaan yang bikin saya pengen garuk-garuk tembok saking gregetannya. Pertanyaan yang sering saya dengar diluar saat “guyon” masalah sekulerisme dan pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakan oleh dosen penguji di sesi presentasi Bahasa Inggris di ruangan sebelumnya. Tapi tetap saja ketika pertanyaan ini muncul saya selalu meras belum bisa menjawabnya dengan sempurna. Pertanyaannya adalah:

Saudara Nesha, seperti yang kita ketahui bahwa paham sekulerisme yang dianut oleh negara-negara barat bahkan membuat negara mereka menjadi semakin maju. Ditanya masalah moral, mereka pun terlihat jauh lebih bermoral dan lebih toleran dibanding kita orang Indonesia yang beragama ini. Mereka mau menjaga kebersihan tempat-tempat umum, mereka segan kalau merokok ditempat umum, dsb. Bagaimana pendapat anda tentang hal tersebut..?

Tuinggg.. Yap, saya  ditanya ginian lagi. Ini common sense sih tapi tetap aja susah ngejelasinnya. Paling tidak saya butuh sedikit waktu untuk berfikir dan merangkai kata agar jawaban saya bisa “ngena”. Agar maksud saya untuk menyatakan bahwa Indonesia tak harus ikut-ikutan sekuler untuk bisa terlihat sejajar dengan negara barat bisa tersampaikan dengan baik.

Maka jawaban saya untuk pertanyaan di atas adalah:

Iya, mereka maju dalam hal teknologi dan inovasi lainnya namun yakinlah mereka belum benar-benar maju dalam hal pemikiran. Fikiran mereka cenderung sempit, hati mereka baku, mereka mati rasa. Ada kalanya juga mereka tak mampu lagi berfikir jernih dalam keadaan terdesak karena koneksi vertikal mereka dengan Sang Pemilik ilmu pengetahuan tersebut sudah mereka putus dari awal. Mereka meninggalkan Tuhannya begitu saja. Kita sebagai negara yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pilar negara tentu tak bisa seperti itu. Sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebuah pengakuan mendasar agar  kita selalu melibatkan Agama dan Allah dalam setiap kegiatan kita. Termasuk dalam hal menuntut ilmu tentunya. Untuk pertanyaan moral dan toleransi saya cuma manut-manut aja. Karna waktunya habis dan saya juga bingung mau ngejawab dari mana. Poor me..

Itu adalah jawaban saya di sesi Bahasa Inggris.. nyesek rasanya karena cuma bisa jawab sedangkal itu saja. Sesempainya diluar rungan saya langsung nelfon Kak nurul, kakak keren saya di dunia nyata dan dunia maya, saya “ngadu” dan nanya nanti kalo di sesi kedua saya ditanya masalah itu lagi saya harus jawab apa?
Dan ini jawaban saya di sesi kedua, setelah mendapatkan “suntikan” ilmu dari Kak Nu.. :’)

Mereka tidak benar-benar maju, Pak. *Gak tau kenapa tiba-tiba berani nge-claim gitu aja*Dan iya mereka memiliki rasa toleransi yang tinggi tapi apakah benar-benar begitu adanya? Sebatas manakah toleransi mereka? Saat saudara-saudara kita di Syria di bombardir dengan senjata pemusnah masal mereka kemana? Saat legitimasi warga Mesir di khianati mereka kemana, Pak? Katanya masyarakat modern yang toleran dan menjunjung tinggi demokrasi tapi kok diam-diam saja? *Saya mulai emoseeeehh*  Ketika orangtua mereka menua maka dengan mudahnya saja mereka menitipkan orangtua mereka di panti jompo.. Itu artinya apa?  Pada intinya, saya tetap menolak sekulerisme di tatanan Pendidikan di Indonesia. Agama dan pengetahuan umum harus berajalan beriringan. Keduanya harus saling melengkapi. Orang yang punya kemampuan lebih dalam bidang teknologi dan logika berhitung akan mudah saja mengaplikasikan ilmunya untuk meng-hack rekening-rekening besar atau menyadap beberapa data penting karena mereka tidak punya koridor agama yang akan mengontrol mereka. Banyak orang-orang pintar di Jepang yang pada akhirnya mengakhiri hidup mereka dengan harakiri karena mereka tidak punya agama. Mereka tidak punya “tempat kembali” ketika ada masalah. Mereka tidak punya “tempat mengadu” untuk meluapkan rasa. It’s so pathetic..

Pada akhirnya, saya menyadari bahwa seharusnya saya bisa menjawabnya secara lebih kompleks lagi. Saya merasa perlu untuk belajar lebih lagi tentang hal ini. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan selalu kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Jika tak pandai-pandai menjawab maka pada akhirnya masyarakat akan meng-amin-kan bahwa tak ada masalah dengan sekulerisme. Lebih parah lagi jika dengan jawaban kita yang  tidak begitu meyakinkan maka masyarakat akan berpendapat bahwa sekulerisme itu bagus dan patut ditiru. Naudzubillah..

So that, I bravely say that I against secularism and will always do. Pendidkan di Indonesia harus diselamatkan dari Sekulerisme. Dan yang akan menyelamatkan itu adalah kita, anak muda.  Saya merasa beruntung bisa menjadi bagian dari #IndonesiaTanpaJIL Chapter Padang (meski belum aktif-aktif banget :3) dan semoga bisa terus belajar dengan teman-teman keren disana. Yuk sama-sama belajar dan lakukan sesuatu untuk negara dan agama kita. Mulai dari yang sederhana dulu, misalnya kayak gabung di #ITJ gitu, *hhee tetep promosi*. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? :D


Rabu, 16 April 2014
23:59 WIB
#IndonesiaTanpaJIL




Share:

Senin, 17 Februari 2014

Janjiku Pada Bosphorus

Ini adalah cerita cinta yang berawal dari pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang saya pelajari saat duduk di bangku Tsanawiyah beberapa tahun yang lalu. Kisah tentang pesatnya penyebaran Agama Islam di Turki, takluknya Konstantinopel oleh sosok pemuda hebat yang sekarang sangat aku kagumi #eciiieee, dan tentang keindahan Kota Istanbul yang mampu mencuri hati siapa saja yang berkunjung kesana. Kala itu, hanya itu yang ku ketahui soal Turki. Ya, saat itu cintaku masih dangka. Dan kini, cinta yang dangkal itu bersemi kembali.. namun dengan rasa yang tak sama seperti dulu. I fall deeper and deeper to Istanbul :')

Ceritanya di awal perkuliahan ketika saya iseng mengikuti seleksi sebuah program pertukaran pemuda yang diadakan oleh kampus tetangga, ketika aku ditanya negara apa yang ingin aku kunjungi maka tak tahu kenapa dengan tegas aku menjawab "Turki.."

Disana saya menyadari bahwa ternyata cinta itu belum hilang, ia masih ada..

Setahun kemudian, Allah memberi saya kesempatan untuk berkunjung ke Negri Jiran. Ketika berjalan-jalan menyusuri sisi kota, saya dan travelling mates memutuskan untuk melaksanakan sholat dzuhur di sebuah Mushalla kecil di rooftop sebuah gedung. Disana kami bertemu dengan dua orang mahasiswa cantik, bertubuh tinggi, bergamis dan berhidung mancung. Dan ternyara para perempuan cantik dan ramah itu adalah gadis-gadis Turki :) Maka disitu aku mendapatkan satu kesan baik lagi tentang Turki..

Rasa ini menjadi semakin dalam ketika saya menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa dimana disana hadir sosok Fatma, perempuan Indonesia keturunan Turki. Ia sosok Ibu cerdas, penyayang, sabar, pintar dan pastinya tau banyak soal peradaban Islam di Turki. Di film ini cerita tentang kejayaan Islam kembali dibahas. Sepenggal kisah tentang Istanbul, Blue Mosque, dan Hagia Sophia yang sekilas diceritakan itu semakin mencuri perhatian saya dan membuat rasa kagum itu semakin menjadi-jadi.

I have loved this place before I see it :)

Inside Blue Mosque

Lalu ini dia cerita tentang pemuda tampan yang saya ceritakan diawal tadi. Cerita ini diceritakan oleh Yola, sahabat kece saya yang sedang 'mudik' dari kuliahnya di Mesir :) Namanya Sultan Muhammad Al Fatih. Beliau masih berumur 21 tahun saat menjadi pimpinan perang dan berhasil menaklukkan Konstatinopel. Ia jugalah yang mengganti nama Konstatinopel menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya) dan kemudian di ubah lagi oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi kota yang kita kenal sebagai Istanbul saat ini. 


Ola menceritakan dengan menggebu-gebu bahwasanya Al-Fatih itu adalah sosok pemuda saleh yang sholat wajib, rawatib dan tahjjudnya tak pernah tinggal semenjak ia akhil baligh. MasyaAllah..

Muhammad Al-Fatih :)

Kemudian, Kak Nurul baru-baru ini mengenalkan saya pada sosok Fathullah Gullen. Penulis hebat yang menjelaskan Islam dan eksistensi Allah dengan logika. Naluri ke-debater-an saya terpancing ketika mengetahui hal ini, namun sampai saat ini si "baby thesis" sepertinya masih enggan untuk mengizinkan saya membaca bahan baacan yang agak berat. Takut tidak fokus katanya *alesaaan* Oh ya, dulu Enning juga telah memperkenalkan saya dengan buku ini namun sepertinya "marketing" Kak Nurul lebih membuat saya terpukau, hhee... Peace Ning! ^^

Satu hal lagi tentang Turki yang tak boleh dilewatkan. Jujur, ini yang membuat saya semakin jatuh hati pada Turki, Selat Bosphorus. Selat yang memungkinkan jika seseorang ingin menikmati sarapannya di Asia lalu makan malamnya di Eropa. Selat ini menghubungkan Asia dan Eropa dengan satu jembatan yang megah. Lampu-lampu jalan membuat selat dan jembatan ini terlihat semakin romantis di malam hari. Menurut saya, Bosphorus tak kalah romantis dengan Eiffel.

The beautiful Bosphorus at night

Ya, makin sempurnalah Turki di mata saya. Namun tatap, Mekah dan Madinah tentu tetap jauh lebih saya rindukan dari tempat mana pun di dunia ini. Semoga kelak Allah izinkan saya menginjakkan kaki di tiga tempat tersebut. Semoga Allah mudahkan ikhtiar saya, dan kalian semua dengan impian yg sama seperti saya, untuk menebus janji kepada si cantik Bosphorus :)

-Padang, 18 Februari 2014-

  

Share:

Jumat, 27 Desember 2013

A Story for my Soul Sisters :)

Hai my bloogie fellas.. Assalamualaikum :)

Yaaap, now am in my mood to blogging, hihii... Yet, I have to admit that it is not easy to survive as a consistent blogger :'D sometimes, we have something to write but don't have  time to do it.. and what I hate the most is when I have pretty much laisure time to blogging but don't know what to write. hahhaa..

Well, let's make it a bit seroius.. *fixing my glasses*

I'm going to tell you that am currently falling in love, this is the best feeling that I've ever felt.. this feeling is so beautiful.. this is a feeling when I can smile, laugh and cry all at once.

And yes, I'm falling in love with my deen. I'm falling in love with Islam :')



Everything was started when I first joined Liqo' with Kak Nurul.. My most incredible Murobbiah for the entire real-world and the cyber-world,  hehee ^^ she's the one who tell and teach us many things regarding to Islam, why do this allowed in this one not allowed, why it's good and why it's bad, and the other why why why that I've never really known before. She tells us those things just like a mother telling a fairy tales to her daughters, hehhe.. Seriously, we do really enjoy it :D she tell it with logic, speaking-eyes, and exiting expression.. sometimes she speaks like debating and let her hand flying here and there, ahahhaha.. but it was cool, seriously.. I'm her big fans! :D

What I've learned so far:

1. Allah is always close to us, He even closer than we ever thought if we do what He ask and always try to be a better ummah.. He has given us everything we need, everything.. He lets us leave in this priceless earth for free, He gives the air to breath in every single second, He bless us with happiness, He gives super wonderful parents to love us, and He gives us chance to do whatever we want.. so, please.. no more reasons to delay the five times sholat or even leave it. Thank him for everything we've got, simple :')




2. If we do more, Allah will give us more.. I've just met a person who remember the whole Qur'an and perform tahajjud in almost every nite :') And you know what? That person is easily get what he wants.. almost everything he got, he got it without any significant difficulty. Well, yaeh, he got the most prestigious scholarship from the Europe Union just by once trial while another people have to do a dozens times bloody-trials to get it. It's so WOW  *not to mention the person :'D



Kak Nurul said "See, Allah will give us whatever we ask.. He will just ease our way on everything.. but we should do the syariat well ven more than what He asked. Allah loves people who read and recites Al-Quran, Allah loves people who trying hard to wake up in the middle of the nite and stop their daily activity for a while and take 15 minutes of their hectic time in the morning to do dhuha, Allah loves people who always thank Him for everything they got.. Give Him more and He will give you the most. Just request something specifically, and Allah will give it to us, but wait.. we have to a good ummah first" :) Aaaaaaak don't you guys think that it's awesome? :'))

3. Do Islam as a whole.. This hijab is not merely to cover up our head and hair, it is an obligation that Allah directly mention in the holy Qur'an. Yaaaaa, He directly mention it along with the rules :') Our hijab will not limit our space, hijab will protect us.. it is our identity as a Muslim :) Otherwise, every muslimah is special, then we have to keep it. Let's start to really cover the parts which is supposed to be covered :')



Then, I rest my words when a very close friend of mine is finally decide to wider her hijab :') yes, she's considered as an in-fashioned girl and she made this decision without worrying that she will lose her "bright", she will be left behind, she will be old-fashioned and so forth.. She just want to do Islam with kaffah.. She is afraid of the fire in the hell, she couln't imagine how would it be if this whole body is burned and sliced for thousands years.. even when we got stretch by a knife, we scream out into the sky :'')



And what touch me the most is when she said that she doesn't want her father also get her sin, because in Islam for the girls  who are not marry yet so everything is under the responsiblity of their father. She said, she do this simply because she loves her daddy :') Huaaaaaa I am proud of you dear, am happy, am speechless.. I love my deen!

InsyaAllah, when we try to be a better ummah, Allah will love us more :) And it's our obligation to always learn and remind each other. Now, I understand.. Life is good, and Islam is best..




Dear soul sisters,
Wallahu'alam.. I'm nothing and what's true comes from Him.
I love you for the sake of Allah :)

Share:

Sabtu, 02 November 2013

Revisi Perdana

Hi..


Tulisan ini saya buat disela-sela deadline revisi yang semakin nyerempet. Deadline revisi dari bimbingan perdana yang saya jalani jumat sore lalu (setelah tiga kali batal bimbingan). Sore itu, saya menyanggupi untuk mengembalikan hasil revisi kepada dosen pembimbing pada selasa mendatang. You know what? Saking exitednya bimbingan saya sampai lupa bahwa sebenarnya saya hanya punya satu hari teng untuk benar-benar mengerjakan revisi ini.

Kenapa? Karena sabtu dan minggu itu weekend, which is putaka jurusan otomatis tutup.. demi apa pustaka bakal buka pas weekend gini? Pas weekdays aja cuma buka sampe jam 3 sore paling lama, itu pun bukanya kadang udah jam setengah sembilanan. Mengaharapkan fasilitas 24-hours library benar-benar bagai punguk merindukan bulan :”) Daaaan saya juga lupa kalau selasa itu tanggal merah :3 artinya ya pustaka bakal tutup lagi, fix hanya senin satu2nya hari yg bisa diharapkan untuk bisa benar-benar merombak Bab I dan Bab II ini..
Huuuuaaaa saya butuh buku :’( saya butuh referensi *gigitsendal*

Sekarang saya lagi mati gaya banget karena udah gak tau lagi apa yang mau ditulis.. dirumah gak ada  jaringan internet buat cari bahan, portable wifi saya juga lagi abis pulsanya.. yaudah, nulis-nulis gajelas aja dulu sampe ntar ada akses buat connect ke internet terus tulisannya di post, hhe..
Saat ini sebenernya rasa gregetan, penasaran dan cemas sedang bercampur aduk dalam hati saya. Kenapa tidak, ternyata bidang skripsi yang kerjakan ini lebih banyak mengacu pada kajian Linguistics khususnya Functional Grammar dan Semantic Pragmatic. It surprised me a lot, seriously..

FYI, I hate linguistics.. Istilahnya, Linguistics itu sama kayak matematikanya bahasa. Menyeramkan.. hampir gak ada satupun mata kuliah linguistics yang benar-benar saya pahami. Saya jauh lebih tertarik pada aplikasi bahasa daripada teorinya.. Anak pendidikan juga belajar mata kuliah non-kependidikan juga sih.. saya belajar linguistics dan literatur juga kok, tapi saya gak terlalu suka.. (karena gak suka kali ya jadinya gak ngerti-ngerti, hehe).

Daaaaaann mata kuliah Functional Grammar ituuuu... adalah mata kuliah pemecah rekor saya dapat nilai C yang menjadi the one and only yang tersenyum manis di lemabaran nilai saya, hiiiikkkss.. Lalu Semantic dan Pragmatic? Itu mata kuliah yang di tiap pertemuannya jantung saya gak bisa berdegup normal karena materinya yang susah pake bangetttttt.. menurut saya, pembahasannya terlalu teoritis dan teksbook-nya juga segede gaban, setebal ganjelan mobil mogok. 


Dosennya  juga tiap pertemuan selalu nunjuk kelompok buat tampil secara impromptu alias dadakan. I rest my words to describe how horrible that class was.. Ini aja saya rasa Professor saya itu khilaf ngasi saya nilai B, hhiii.. saya benar-benar gak nyangka kalo kajian Grammar yg jadi pilihan saya ujung-ujungnya bakal ngebahas masalah Linguistics :o

And theeeeeeen.. now, I have to deal with that two scarry subjects. Huhuu you know how it feels? Tapi gak ada pilihan lain.. suka gak suka, the show must go on :”) Yap, saya harus belajar mencintai Linguistics.. Doakan saya ya, semoga pengerjaan skripsi ini bisa lancar jaya sampai selesai :)

InsyaAllah saya gak bakalan down atau frustasi kok apalagi sampe harakiri, wkwk.. Support dari orang-orang tersayang dan temepelan-tempelan awkward mimpi-mimpi saya yang menempel di dinding kamar saya ini sungguh memotivasi saya agar selalu maju, agar bisa jump higher and run faster dari yang saya bisa. I do believe that spirit has no limit. It’s just about how you keep it on and deal with some obstacles that may come to you. I’ll do my best :’)

Bisya.. bisyaa.. bisyaaaaaa... Semangaaaaattt para skripsi fighter :D


Share:

Minggu, 29 September 2013

Hi Seventh Semester!

Hi folks, how's it going?

Time flies like I still can't believe that I'm currently enrolling my last year study (supposed to be, Amiiiiin) of my bachelor degree prorgame.. I'm in my 7th semester, dude! :D

The time changes but my spirit is not. What comes to my mind is that.. I have to finish my study as soon as possible since I can't wait for any longer to pursue my master degree abroad.. What? do you say I'm crazy? you said I'm weird? Yes, I am :')

I just believe that every people has the same right to dream on, whatever is that. Simply saying, what makes them different is only on the way they react toward their dream, whether they will fight to make it real  or just let it the dream become a dream.



England and Holland are countries that I really want to visit the most.. *in case of studying and travelling * :') and I blame those inspiring people for sharing their story in their blogs, hhehe..
They open my mind that every people has the same chance to study abroad, get a scholarship, return to the country and at the end of the day we got to do something for the society, doing the real payback. Cool, huh? :) It is only about willingness and slightly more effort to have my childhood dream comes alive.

We never know what the future brings, I've just started my baby-thesis and I don't even know where will it finish :o While, I can't predict whether I can graduate at the 'right' time or not. What will I do after graduate? Am I going to get scholarship to study abroad right away after I graduate like what I've been dreaming about? Or I will just stay in my country, going back to my hometown and teach in a fine-school as an Englsih teacher? Or.... perhaps I will get marry to a man choosen by my parents? hhihi.. I never know.

What I know is.. I have to keep my dream on, do the best effort in order to finish my study soon, looking for the campus and scholarships info, and let God guides to what He has set for me. That is all the matters I know. they are all make much more sense to me :')

When ikhtiar meets tawakkal, what else are you going to wonder?

Regard,
The 7th semester student ^^


Share:

Minggu, 09 Juni 2013

NUDC 2013, When workhard and patience are paid off

Hanya ada dua pilihan untuk si gagal, berhenti atau maju lalu perbaiki. Kutipan inilah yang dikatakan oleh salah seorang teman ketika tahun lalu langkah kami terhenti sampai di babak octofinal. Itu berarti kami tidak bisa maju ke level nasional karena yang berhak maju ke nasional hanyalah 8 besar team yang sampai ke semifinal. Sedih dan kecewa sekali rasanya karena kami merasa sudah melakukan yang terbaik namun hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan. Jadilah tahun itu kami gagal berangkat ke level nasional yang waktu itu dilaksanakan di Bali.

Kutipan diataslah yang membuat saya dan teammate bangkit dan yakin bahwa kami masih punya kesempatan kedua. Waktu setahun ini benar-benar kami manfaatkan untuk berlatih, belajar dan menambah jam terbang. Karena tidak bisa dipungkiri dengan banyaknya perlombaan tingkat regional, sumatera, nasional, dan internasional lainnya yang kami ikuti, semakin banyak pula bekal kami untuk bertanding di perlombaan resmi yang diadakan oleh DIKTI ini. Untuk mengikuti NUEDC, club debate kami English Debating Community (EDeC) juga mengadakan seleksi terlebih dahulu, dan bersyukur saya dan teammate bisa kembali terpilih. Dengan semangat dan optimisme yang tinggi, kami Afnesha Noveriana Chang, Widya Febrina sebagai debater dan Desty Febria sebagai adjudicator berangkat ke Pekanbaru dengan di dampingi dosen kami Ibuk Delvi Wahyuni, S.S, M.A.

Pada perlombaan kali ini, Kopertis Regional X yang terdiri dari Sumbar, Riau, Jambi adn Kepri memperlombakan 32 team dari PTN dan PTS. Dosen pembimbing kami mengatakana bahwa target awal cukup sampai ke semiinal saja, artinya kami sudah bisa lolos ke nasional. Babak penyisihan terdiri dari 3 babak, 16 besar team akan maju ke octofinal, 8 besar ke semiinal, dan 4 tem ke grand final. Selama babak penyisihan, team UNP selalu berada pada posisi 3 besar. Persaingan semakin kuat ketika sampai di babak octofinal karena disini kekuatan masing-masing team sama-sama kuat. 

Bahagia sekali rasanya ketika mengetahui kami lolos ke semifinal, artinya target awal sudah tercapai. Target kami pun naik, kami harus sampai ke grand final, dan syukur Alhamdulillah Allah seperti memudahkan jalan kami. Dewan juri mengumumkan bahwa kami maju ke babak final dan rasanya seperti tak percaya. Grandfinal berjalan sangat menegangkan karena masing-masing team memiliki kekuatan yang hampir sama. Semua usaha dan doa terjawab ketika pada akhirnya juri mengumumkan bahwa team UNP keluar senagai pemenang, disusul dengan Universitas Internasional Batam (UIB) di posisi ke 2, Universitas Islam Riau (UIR) di posisi ke 3, dan Poloteknik Negeri Batam (Poltek Batam) di posisi 4. Team dari Poltek Batam adalah pemenang tahun lalu, senang sekali rasanya bisa mengalahkan mereka. 

Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih untuk Bapak Rektor dan Bapak PR III yang selalu mendukung kegiatan kami, dosen pembimbing dan senior kami Salam Mairi, Wilda Hidayati, Nurul Huda, dan Dia Anggraini sebagi pelatih kami dan kedua orangtua kami yang selalu mendukung dan mendokan kami. Terimakasih juga untuk teman-teman English Debating Community (EDeC) yang sangat membantu kami latihan dan mempersiapkan diri sebelum lomba. Tahun ini Salam Mairi dan  Wilda Hidayati (Mahasiswa UNP) juga di mendapat kehormatan di undang sebagi juri oleh kopertis X untuk menjadi adjudicator atau juri. Namun selama perlombaan kami tidak pernah di juri oleh mereka untuk menjaga ke objektifitasan lomba. Tahun ini terbayar sudah semua usaha dan kami harus mempersiapkan diri untuk tetap bisa mngharumkan nama UNP di tingkat nasional. Doakan :)

Satu pelajaran berharga, ketika kamu jatuh maka bangkitlah. Jatuh lagi? bangkit lagi dan belajarlah untuk berlari. Man jadda wa jadda. InsyaAllah semua niat baik jika dilakukan dengan sungguh-sungguh akan berbuah manis. Yaaaaa, akhirnya tahun ini kami bisa pulang membawa piala dan medali di tangan.

*ini narasi buat koran lokal harusnya jadinya bahasanya rada kaku, hhaa.. eniwey photo menyusul yaa :))
Share: