Sabtu, 02 November 2013

Revisi Perdana

Hi..


Tulisan ini saya buat disela-sela deadline revisi yang semakin nyerempet. Deadline revisi dari bimbingan perdana yang saya jalani jumat sore lalu (setelah tiga kali batal bimbingan). Sore itu, saya menyanggupi untuk mengembalikan hasil revisi kepada dosen pembimbing pada selasa mendatang. You know what? Saking exitednya bimbingan saya sampai lupa bahwa sebenarnya saya hanya punya satu hari teng untuk benar-benar mengerjakan revisi ini.

Kenapa? Karena sabtu dan minggu itu weekend, which is putaka jurusan otomatis tutup.. demi apa pustaka bakal buka pas weekend gini? Pas weekdays aja cuma buka sampe jam 3 sore paling lama, itu pun bukanya kadang udah jam setengah sembilanan. Mengaharapkan fasilitas 24-hours library benar-benar bagai punguk merindukan bulan :”) Daaaan saya juga lupa kalau selasa itu tanggal merah :3 artinya ya pustaka bakal tutup lagi, fix hanya senin satu2nya hari yg bisa diharapkan untuk bisa benar-benar merombak Bab I dan Bab II ini..
Huuuuaaaa saya butuh buku :’( saya butuh referensi *gigitsendal*

Sekarang saya lagi mati gaya banget karena udah gak tau lagi apa yang mau ditulis.. dirumah gak ada  jaringan internet buat cari bahan, portable wifi saya juga lagi abis pulsanya.. yaudah, nulis-nulis gajelas aja dulu sampe ntar ada akses buat connect ke internet terus tulisannya di post, hhe..
Saat ini sebenernya rasa gregetan, penasaran dan cemas sedang bercampur aduk dalam hati saya. Kenapa tidak, ternyata bidang skripsi yang kerjakan ini lebih banyak mengacu pada kajian Linguistics khususnya Functional Grammar dan Semantic Pragmatic. It surprised me a lot, seriously..

FYI, I hate linguistics.. Istilahnya, Linguistics itu sama kayak matematikanya bahasa. Menyeramkan.. hampir gak ada satupun mata kuliah linguistics yang benar-benar saya pahami. Saya jauh lebih tertarik pada aplikasi bahasa daripada teorinya.. Anak pendidikan juga belajar mata kuliah non-kependidikan juga sih.. saya belajar linguistics dan literatur juga kok, tapi saya gak terlalu suka.. (karena gak suka kali ya jadinya gak ngerti-ngerti, hehe).

Daaaaaann mata kuliah Functional Grammar ituuuu... adalah mata kuliah pemecah rekor saya dapat nilai C yang menjadi the one and only yang tersenyum manis di lemabaran nilai saya, hiiiikkkss.. Lalu Semantic dan Pragmatic? Itu mata kuliah yang di tiap pertemuannya jantung saya gak bisa berdegup normal karena materinya yang susah pake bangetttttt.. menurut saya, pembahasannya terlalu teoritis dan teksbook-nya juga segede gaban, setebal ganjelan mobil mogok. 


Dosennya  juga tiap pertemuan selalu nunjuk kelompok buat tampil secara impromptu alias dadakan. I rest my words to describe how horrible that class was.. Ini aja saya rasa Professor saya itu khilaf ngasi saya nilai B, hhiii.. saya benar-benar gak nyangka kalo kajian Grammar yg jadi pilihan saya ujung-ujungnya bakal ngebahas masalah Linguistics :o

And theeeeeeen.. now, I have to deal with that two scarry subjects. Huhuu you know how it feels? Tapi gak ada pilihan lain.. suka gak suka, the show must go on :”) Yap, saya harus belajar mencintai Linguistics.. Doakan saya ya, semoga pengerjaan skripsi ini bisa lancar jaya sampai selesai :)

InsyaAllah saya gak bakalan down atau frustasi kok apalagi sampe harakiri, wkwk.. Support dari orang-orang tersayang dan temepelan-tempelan awkward mimpi-mimpi saya yang menempel di dinding kamar saya ini sungguh memotivasi saya agar selalu maju, agar bisa jump higher and run faster dari yang saya bisa. I do believe that spirit has no limit. It’s just about how you keep it on and deal with some obstacles that may come to you. I’ll do my best :’)

Bisya.. bisyaa.. bisyaaaaaa... Semangaaaaattt para skripsi fighter :D


Share:

Minggu, 29 September 2013

Hi Seventh Semester!

Hi folks, how's it going?

Time flies like I still can't believe that I'm currently enrolling my last year study (supposed to be, Amiiiiin) of my bachelor degree prorgame.. I'm in my 7th semester, dude! :D

The time changes but my spirit is not. What comes to my mind is that.. I have to finish my study as soon as possible since I can't wait for any longer to pursue my master degree abroad.. What? do you say I'm crazy? you said I'm weird? Yes, I am :')

I just believe that every people has the same right to dream on, whatever is that. Simply saying, what makes them different is only on the way they react toward their dream, whether they will fight to make it real  or just let it the dream become a dream.



England and Holland are countries that I really want to visit the most.. *in case of studying and travelling * :') and I blame those inspiring people for sharing their story in their blogs, hhehe..
They open my mind that every people has the same chance to study abroad, get a scholarship, return to the country and at the end of the day we got to do something for the society, doing the real payback. Cool, huh? :) It is only about willingness and slightly more effort to have my childhood dream comes alive.

We never know what the future brings, I've just started my baby-thesis and I don't even know where will it finish :o While, I can't predict whether I can graduate at the 'right' time or not. What will I do after graduate? Am I going to get scholarship to study abroad right away after I graduate like what I've been dreaming about? Or I will just stay in my country, going back to my hometown and teach in a fine-school as an Englsih teacher? Or.... perhaps I will get marry to a man choosen by my parents? hhihi.. I never know.

What I know is.. I have to keep my dream on, do the best effort in order to finish my study soon, looking for the campus and scholarships info, and let God guides to what He has set for me. That is all the matters I know. they are all make much more sense to me :')

When ikhtiar meets tawakkal, what else are you going to wonder?

Regard,
The 7th semester student ^^


Share:

Minggu, 09 Juni 2013

NUDC 2013, When workhard and patience are paid off

Hanya ada dua pilihan untuk si gagal, berhenti atau maju lalu perbaiki. Kutipan inilah yang dikatakan oleh salah seorang teman ketika tahun lalu langkah kami terhenti sampai di babak octofinal. Itu berarti kami tidak bisa maju ke level nasional karena yang berhak maju ke nasional hanyalah 8 besar team yang sampai ke semifinal. Sedih dan kecewa sekali rasanya karena kami merasa sudah melakukan yang terbaik namun hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan. Jadilah tahun itu kami gagal berangkat ke level nasional yang waktu itu dilaksanakan di Bali.

Kutipan diataslah yang membuat saya dan teammate bangkit dan yakin bahwa kami masih punya kesempatan kedua. Waktu setahun ini benar-benar kami manfaatkan untuk berlatih, belajar dan menambah jam terbang. Karena tidak bisa dipungkiri dengan banyaknya perlombaan tingkat regional, sumatera, nasional, dan internasional lainnya yang kami ikuti, semakin banyak pula bekal kami untuk bertanding di perlombaan resmi yang diadakan oleh DIKTI ini. Untuk mengikuti NUEDC, club debate kami English Debating Community (EDeC) juga mengadakan seleksi terlebih dahulu, dan bersyukur saya dan teammate bisa kembali terpilih. Dengan semangat dan optimisme yang tinggi, kami Afnesha Noveriana Chang, Widya Febrina sebagai debater dan Desty Febria sebagai adjudicator berangkat ke Pekanbaru dengan di dampingi dosen kami Ibuk Delvi Wahyuni, S.S, M.A.

Pada perlombaan kali ini, Kopertis Regional X yang terdiri dari Sumbar, Riau, Jambi adn Kepri memperlombakan 32 team dari PTN dan PTS. Dosen pembimbing kami mengatakana bahwa target awal cukup sampai ke semiinal saja, artinya kami sudah bisa lolos ke nasional. Babak penyisihan terdiri dari 3 babak, 16 besar team akan maju ke octofinal, 8 besar ke semiinal, dan 4 tem ke grand final. Selama babak penyisihan, team UNP selalu berada pada posisi 3 besar. Persaingan semakin kuat ketika sampai di babak octofinal karena disini kekuatan masing-masing team sama-sama kuat. 

Bahagia sekali rasanya ketika mengetahui kami lolos ke semifinal, artinya target awal sudah tercapai. Target kami pun naik, kami harus sampai ke grand final, dan syukur Alhamdulillah Allah seperti memudahkan jalan kami. Dewan juri mengumumkan bahwa kami maju ke babak final dan rasanya seperti tak percaya. Grandfinal berjalan sangat menegangkan karena masing-masing team memiliki kekuatan yang hampir sama. Semua usaha dan doa terjawab ketika pada akhirnya juri mengumumkan bahwa team UNP keluar senagai pemenang, disusul dengan Universitas Internasional Batam (UIB) di posisi ke 2, Universitas Islam Riau (UIR) di posisi ke 3, dan Poloteknik Negeri Batam (Poltek Batam) di posisi 4. Team dari Poltek Batam adalah pemenang tahun lalu, senang sekali rasanya bisa mengalahkan mereka. 

Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih untuk Bapak Rektor dan Bapak PR III yang selalu mendukung kegiatan kami, dosen pembimbing dan senior kami Salam Mairi, Wilda Hidayati, Nurul Huda, dan Dia Anggraini sebagi pelatih kami dan kedua orangtua kami yang selalu mendukung dan mendokan kami. Terimakasih juga untuk teman-teman English Debating Community (EDeC) yang sangat membantu kami latihan dan mempersiapkan diri sebelum lomba. Tahun ini Salam Mairi dan  Wilda Hidayati (Mahasiswa UNP) juga di mendapat kehormatan di undang sebagi juri oleh kopertis X untuk menjadi adjudicator atau juri. Namun selama perlombaan kami tidak pernah di juri oleh mereka untuk menjaga ke objektifitasan lomba. Tahun ini terbayar sudah semua usaha dan kami harus mempersiapkan diri untuk tetap bisa mngharumkan nama UNP di tingkat nasional. Doakan :)

Satu pelajaran berharga, ketika kamu jatuh maka bangkitlah. Jatuh lagi? bangkit lagi dan belajarlah untuk berlari. Man jadda wa jadda. InsyaAllah semua niat baik jika dilakukan dengan sungguh-sungguh akan berbuah manis. Yaaaaa, akhirnya tahun ini kami bisa pulang membawa piala dan medali di tangan.

*ini narasi buat koran lokal harusnya jadinya bahasanya rada kaku, hhaa.. eniwey photo menyusul yaa :))
Share:

Senin, 29 April 2013

Selamat pagi ^^

Selamat pagi jiwa-jiwa muda ~

Bagaiamana caramu menyambut pagi? Adakah secangkir kopi dan sepotong roti gandum yang menemanimu merangkai tiap kepingan mimpi-mimpi baru? atau hanya sekedar untuk menjaga agar mimpimu tetap hidup?

Jadikan pagimu indah, jadikan pagimu bermakna.. pagi terlalu indah untuk dilewatkan tanpa mimpi dan semangat baru.. Jadikan setiap pagimu sebagai awal untuk mencoba hal-hal baru yang kau percayai akan bermanfaat untuk dijadikan pengisi naskah cerita -When I was young-mu nanti :) 

Selamat menikmati Selasa Pagi..
Salam semangat dari sudut kampus selatan :)

Share:

Minggu, 28 April 2013

Life is Beautiful

Selamat malam jelang pagi :')

Postingan ini saya tulis tepat ketika jam di laptop menunjukkan pukul 0:44 WIB, disaat jiwa-jiwa yang lelah telah melebur bersama mimpi-mimpi indah mereka. Ceritanya kemaren orangtua saya berkunjung ke Padang dalam rangka mengantar adek saya yang harus ikut bimbel persiapan masuk PTN mulai senin depan.

Bagi saya, orangtua adalah segalanya, mereka adalah semangat hidup. Ketika saya lelah dan mulai jenuh dengan segala tetek bengek dunia kampus, maka sesegera mungkin saya akan pulang untuk sekedar bertemu orang tua lalu curhat, atau paling tidak saya akan menelfon Mama dan Papa berjam-jam. Berawal dari saya yang sangat suntuk (nyesek) pengen nangis, perlahan akan mulai tenang, tenang, tenang dan di akhir percakapan telfon pasti saya sudah terbahak-bahak bercerita dengan Mama. Nah, kalau Papa dalam menasehati (menjinakkan) saya biasanya lebih kalem, hehee



Jadi ceritanya tadi seharian saya ngabisin waktu sama Mama dan Papa, berasa jadi anak tunggal dalam sejenak karena perginya cuma bertiga, hhi.. Nah, sore orangtua udah harus balik karena si bungsu besok harus masuk sekolah dan Papa juga harus ke kantor. Ini ni yang bikin mellow sampe detik ini, paling sedih banget kalo orangtua dan adek udah harus pulang. Padahal jarak kerumah cuma empat jam dan ingat, you are in your sixth semester, Nesha! Parah deh, gimana mau merantau jauh-jauh?

Sebenarnya gak cuma saya yang suka mellow, orangtua juga wanti-wanti dari sekarang karena saya ngotot mau lanjut sekolah diluar. Basically, orangtua saya sangat demokratis, seumur hidup mereka tidak pernah ambil keputusan sendiri dan gak pernah larang-larang saya tanpa alasan yang jelas. Meskipun at the end saya harus mundur, sungguh itu bukan karna paksaan dari orangtua, hanya karna sayanya saja yang sudah tidak mampu.

Bersyukur saya terlahir dari orangtua seperti mereka. Begitu pun dengan planning lanjut sekolah ini, sebagai mahasiswa bahasa asing saya ingin sekali bisa melanjutkan sekolah di negara dimana bahasa yang saya pelajari digunakan sebagai bahasa pengantar utama, ya native country seperti USA, UK atau Aussy. Saya juga tidak yakin ini akan mudah, namun saya sangat ingin sekali mencoba. Naaaaah, dalam hal ini sepertinya agak berbeda. Awalnya orangtua sangat mendukung, namun setelah di ingat-ingat bahwa study S2 akan menghabiskan paling tidak 2 tahun, maka orangtua saya pun berubah fikiran. Hahahaha.. Kalau kata Mama, yang bakal paling kangen itu nanti Papa. Dan tahukah bagaimana cara Mama menjinakkan saya dengan ambisi yang sudah lebih dari 5 tahun saya -tanam, siram dan pupuk- ini?

"Ingat Papa nak, Cha tau kan Papa gak akan pernah larang-larang kemauan Cha. Tapi Mama tau Papa gak kan kuat pisah kalo selama itu, nanti mulutnya akan berkata "Iya", namun hatinya tak akan kuat. Sekolah sajalah di Malaysia atau Singapura, ada banyak beasiswa juga disana. Negara-negara itu juga multikultural dan menggunakan Bahasa Inggris dalam belajar, gelarnya nanti jukan akan M.Ed atau M.A. win-win solution kan nak?"

Kaget? Iyaaaa.. Syok? Apalagi... Saya mulai berfikir dan menyadari bahwa saya harus logis. Memang, hubungan saya dan Papa sangat sangat sangat dekat, kami seperti teman kalu sudah ngobrol. Begitu pun sebenarnya dengan Mama, namun Mama lebih tabah kalau soal LDR, hhe..

Semakin kesini saya semakin sadar bahwa sebaik-baik tempat dimuka bumi ini adalah bersama kedua orangtua. Soal impian dan cita-cita juga harus dengan restu orangtua. Mereka adalah hidup saya, dan mereka adalah pelengkap kebahagiaan saya. Semoga kedua orangtua kita selalu berada dalam sebaik-baik perlindungan-Nya. Amin :)

Share:

Rabu, 24 April 2013

Happy Birthday Pa :)



Happy birthday to the world's best Papa. I'm so thankful for having someone like you..
You are more than just father to me, you are my teacher, you are my best friend, you're my greatest motivator, you're my inspiration..

I'll do my best for you and mom.. I know that it will never be enough to pay your kindness and love, but trust me that I'll be a daughter who'll always keep your dignity, and I'll be someone who'll always make you smile and proud to have us, me and those two lil brothers :')

Now, you're fifty. May Allah always be with your way.. May happiness will always be with you. Keep healthy, keep shining and keep young, Paaaaa :D

You made my life with all the assistance I needed to overcome every obstacle that was on my way. Thank you for everything. Thank you for being in my life. Happy Birthday Pa! :)

Love, 
Your daughter <3
You made my life a unique and pleasant experience providing me with all the assistance I needed to overcome every obstacle that was on my way. Thank you for everything. Thank you for being in my life. Happy Birthday Dad! - See more at: http://www.birthdaywishes.net/dad-birthday-wishes.html#sthash.hdUiJqwB.dpuf
Happy Birthday to the word’s best Dad! I’m so thankful for having someone like you as a Dad. You are more than just a father to me; you are my icon, my teacher, my inspiration. Thank you for giving me profusely every part of yourself. Happy Birthday Dad! - See more at: http://www.birthdaywishes.net/dad-birthday-wishes.html#sthash.hdUiJqwB.dpuf
Happy Birthday to the word’s best Dad! I’m so thankful for having someone like you as a Dad. You are more than just a father to me; you are my icon, my teacher, my inspiration. Thank you for giving me profusely every part of yourself. Happy Birthday Dad! - See more at: http://www.birthdaywishes.net/dad-birthday-wishes.html#sthash.hdUiJqwB.dpuf
Share:

Selasa, 12 Februari 2013

Aku dan Jingga Kecilku



“Nanti kalo aku gede  aku mau kayak Unyi, jadi docen” celetuk malaikat kecil itu  mengagetkanku yang tengah asik memriksa hasil latihan menulisnya dan teman-temannya.
“Waaah benarkah sayang? Kenapa gak jadi presiden aja, kan duitnya banyak” godaku sambil meliriknya.
“Gak ah. Pleciden cibuk.. Ntar aku gak bica sering ketemu Unyi” jawabnya lugu sambil melipat-lipat kertas origami merah mudanya yang sudah tak berbentuk.

                Celotehan polos Jingga selalu saja mampu membuatku tersentak, tau apa anak sebesar ini soal cita-cita. Terlebih lagi soal sibuk, ia dengar dari mana pula istilah itu di tempat yang jauh dari kehidupan luar ini. Ya, Jingga adalah penghuni  tetap Panti Asuhan Mata Cinta. Menurut cerita Ibu Lasmi, ketua pengurus panti, Jingga ia temukan masi berbalut tali plasenta tak jauh dari pertigaan Jalan Soebroto. Nama Jingga adalah pemberian dariku empat tahun yang lalu ketika aku bersama teman-teman datang berkunjung untuk kegiatan bakti sosial kampus. Dari awal, gadis kecil ini sudah menarik perhatianku. Semenjak kedatanganku pertama kali ke panti, alam seperti menuntunkun untuk selalu merindukan Jingga dimana pun aku berada. Sejak itu aku selalu rutin mengunjungi Jingga sambil melaksanakan tanggungjawab batinku mengajarkan kakak-kakaknya disana menulis dan berhitung. Kadang aku datang sendiri, kadang ditemani Jihan dan Nadin. Diantara teman satu kelas yang kala itu berjumlah tiga puluh dua orang, hanya kami bertiga yang bertahan. 

Pernah ketika itu aku sibuk skripsi, selama dua minggu aku tak punya waktu untuk berkunjung ke panti, dan alhasil aku jatuh sakit. Badanku panas tinggi. Mama tau aku pasti rindu Jingga dan Mama yang sangat tanggap saat itu juga langsung datang ke panti dan memohon pada Bu Lasmi agar Jingga boleh dipinjam dan dibawa kerumah. Aku ingat Mama menggendong Jinggaku itu seperti membawa bayi boneka teddy bear dan  dengan sabar hingga ke kamarku di lantai dua yang ajaibnya setelah bertemu Jingga panasku langsung turun, drastis. Jingga lebih sakti daripada dokter Khalil, dokter pribadinya Kakek.  Sekarang, detik ini Jingga sudah berumur empat setengah tahun, tak terasa sudah dua setengah tahun yang lalu kejadian itu berlalu.

“Jingga, sini cantik.. mau sholat dzuhur bareng Unyi? Ayo siapa ntar yang mau masuk surganya Alloh bareng-bareng?  ” ujarku setengah berlutut sambil merapikan rambut tebalnya yang acak-acakan.
“Mau.. mau.. di syurga banyak kue cokyat kan Unyi?” jawabnya menggebu-gebu.
Jinggaku dengan mata bulat dan pipi penuh diwajahnya sudah tumbuh besar menjadi gadis cilik yang manis dan Ibunya diluar sana pasti akan hidup dalam belenggu penyesalan tak bertepi, seumur hidup.

Menggemaskan setiap kali mendengar Jingga memanggilku dengan panggilan Unyi, panggilan kepada kakak perempuan yang bagi orang Minang secara konvensional disepakati dengan sebutan Uni itu entah mengapa menjadi berubah dan terdengar sedikit berbeda ketika keluar dari mulut mungil Jingga. Dan jadilah panggilan ini menjadi panggilan ade-adek lainnya secara berjamaah. Unyi Ara mereka memanggilku dan Unyi Ala untuk Jingga yang sama sekali merasa tak berdosa ketika menukar-nukar bunyi suku kata yang keluar dari mulut cadelnya itu.    

#To be continued....  

Nb: Please kindly leave your comment for my first fiction post, bloggy. Thanks ;)

  

Share: