Rabu, 14 Februari 2018

Frequently Asked Questions (FAQ) Mengenai Kuliah dan Beasiswa LPDP

Hi, dalam postingan kali ini saya mencoba menjawab pertanyaan dari teman-teman mengenai kuliah dan beasiswa LPDP melalui facebook dan instagram. Mohon maaf pertanyaan dalam Bahasa Inggris saya jawab pakai Bahasa Indonesia ya. Biar maksud hati ini lebih tersampaikan dan biar cepat ngetiknya, hehe.




"Could u give some advices in order to make good motivation letter, study plan, and self introduction?? And also the process of translating the documents such as identification card, birth certificate?? I dont know these documents are required for LPDP but if u have an experience, it will be nice to share... thank you ^^"
Dalam membuat motivation letter ketika bisa menjelaskan alasan kita memilih jurusan dan kampus tersebut, kenapa kita layak untuk di terima serta kontribusi apa yang nanti akan kita berikan kepada karir dan Negara kita setelah lulus studi. Disini kita juga bisa menjelaskan kenapa menurut kita jurusan di kampus tersebut lebih bagus dibanding jurusan yang sama di kampus-kampus lain. Kemudian, beberapa kampus biasanya akan menyediakan pertanyaan yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk membuat motivation letter ini, jadi tinggal di ikuti saja. Ini adalah saat yang tepat untuk mencuri hati tim seleksi J
Untuk pendafatran LPDP semua berkasnya dalam Bahasa Indonesia kecuali sertifikat IELTS atau TOEFL yang dari awal memang sudah didapatkan dalam Bahasa Inggris. Namun untuk mendafatr ke universitas kita perlu menterjemahkan beberapa berkas seperti ijazah dan traskrip nilai (bisa dilakukan di kampus saat S1) dan dokumen seperti akte kelahiran serta kartu keluarga bisa dilakukan di penerjemah tersumpah yang ada di kota terdekat.
"Did you have teaching experiences or something else that you can choose TESOL as your master? If not, how could we?"
Pengalaman menjajar saya masih sekiprit banget, hehe. Waktu kuliah saya pernah mengajar di Balai Bahasa UNP (English for Kids) selama kurang lebih 3 bulan, mengajar Bahasa Inggris untuk staff sebuah hotel di Padang (juga 3bulan), dan selebihnya mengajar/training debate di beberapa sekolah. Terakhir sebelum berangkat saya mengajar beberapa bulan di Bukittingi.
Di program saya, bagi yang belum memiliki pengalaman mengajarn atau bagi yang pengalamannya masih dibawah 2 tahun bisa mendaftar pada program M.A TESOL Studies, sedangkan yang pengalaman mengajarnya diatas 2 tahun bisa mendaftar di program M.A TESOL. Masing-masing kampus memiliki ketentuan yang berbeda mengenai pengalaman mengajar ini. Ada yang mensyaratkan pengalaman mengajar namun banyak juga yang tidak sama sekali.



"What's your step to choose Leeds as your destination univ? What kind of consideration did you take? such World Ranking Univ survey or other prestigious surveys?"
Cara yang dulu saya gunakan adalah dengan mengetik keyword “Master of TESOL in England” di Google maka akan keluar beberapa pilihan kampus mana saja di Inggris yang memiliki jurusan tersebut. Kemudian, ada beberapa faktor lain yang bisa dipertimbangkan dalam memilih jurusan, diantaranya:
a. Rangking Universitas
Ini sebenarnya bukan syarat mutlak tetapi layak untuk dipertimbangkan. Namun jangan terpaku dengan rangking universitas secara keseluruhan. Masin-masing universitas biasanya punya spesifikasi masing-masing. Misal, TU Delf di Belanda terkenal dengan jurusan tekniknya. Imperial College London di Inggris terkenal dengan bidang sciencenya. Harvard University di USA terkenal dengan sekolah pemerintahannya. Intinya jangan terlena dengan nama besar kampus. Maka dari itu disarankan untuk melihat rangking berdasarakan jurusan. Beberapa situs yang bias digunakan untuk melihatnya adalah World University Ranking by Subject dan THE by subject. Bagi teman-teman yang ingin kuliah dengan funding dari LPDP, daftar universitas yang masuk dalam list LPDP juga bias dilihat di sini. Lalu bolehkah memilih universitas yang tidak ada didalam list LPDP? Boleh. Asalkan kita punya alasan yang jelas kenapa ingin kuliah di kampus tersebut.
b. Modules dan Dosen
Selain rangking universitas, modules (mata kuliah) yang ditawarakan juga bisa menjadi bahan pertimbangan. Dari website jurusan, biasanya kita bisa melihat apa saja yang akan kita pelajari selama kuliah nanti. Nah, coba dilihat kira-kira “sreg” tidak? Atau jika ragu memlih diantara beberapa univ dengan jurusan yg sama, coba di bandingkan kira-kira univ mana yg modules-nya yang kita liat rasanya “gw banget!”. Behitupun dengan dosen, deskrpisi dosen bisa dilihat langsung di website jurusan, kita bisa lihat interest dosen tersebut apa, buku dan jurnal yg sudah ditulis apa saja. Atau misal waktu kuliah S1 dulu ada tidak penulis yg kita suka banget terus bisa lihat deh beliau ngajar di univ mana.
c. Negara dan Kota
Disini saya akan sedikit cerita kenapa saya memilih Inggris sebagai Negara tujuan dan Leeds sebagai kotanya. Karena menurut saya Inggris adalah salah satu negara yang sangat ramah terhadap muslim, tingkat toleransi masyarakatnya tinggi, negaranyanya nyaman, budayanya masih sangat kuat dan yang tak kalah penting adalah masa studi master disini hanya satu tahun jadi kuliahnya bisa cepat selesai.
"What's your best suggestion for LPDP selection, from early process like documentation selection, Essay, interview ,LGD session and so forth?"
Dalam mendataftar LPDP usahakan semua berkas lengkap dan persiapkan dari jauh-jauh hari karena menulis essay dan meminta surat rekomendasi bisanya akan memakan cukup banyak waktu. Mintalah surat rekomendasi kepada dosen atau atasan di tempat kerja yang benar-benar tahu kita sehingga surat rekomendasinya bisa mendeskripsikan kita dengan tepat. Pihak yang memberikan surat rekomendasi tidak harus selalu professor, petinggi institusi atau dosen tamatan luar negeri. Mintalah rekomendasi kepada orang-orang terdekat seperti dosen pembimbing atau Pembina organisasi yang kita ikuti. Asalkan beliau dirasa bisa “mempromosikan” kelebihan dan potensi kita maka mintalah rekomendasi kepada beliau.
Untuk wawancara, persiapkan berbagai pertanyaan yang mungkin ditanyakan dan kalau bisa latihan dengan teman. Cari tahu segala informasi yang berkaitan dengan jurusan dan kampus tujuan, kota dan Negara tujuan se lengkap-lengkapnya. Ini adalah untuk membuktikan bahwa kita benar-benar siap untuk kuliah dan bukan sekedar coba-coba. Wawancara adalah salah satu proses paling krusial dalam beasiswa ini. Saat bertemu pewawancara beri salam dan perlihatakan bahwa kita “exited” dengan wawancara tersebut. Inilah saat yang tepat untuk bicara dari hati ke hati dengan pewawancara. Jawab semua pertanyaan dengan tenang, percaya diri namun tidak sombong. Jika saat wawancara berakhir dan kita merasa masih ada sesuatu yang belum tersamapaikan, mintalah tambahan waktu untuk bicara. Good luck!
"Apa preparation sebelum ikutan IELTS test?"
Persiapan IELTS bisa dilakukan dengan mengukiti kursus atau membuat kelompok belajar dengan teman. Bahan-bahan bisa di download dari internet lalu di print. Salah satu buku yang sering digunakan dalam persiapan ini adalah buku series IELTS dari Cambridge. Bukunya bisa di download di IELTS Cambridge. Ada juga beberapa situs online yang bisa dipakai untuk latihan IELTS seperti ieltsjuice, ielts-exam, ieltsessentials dan situs lainnya yang bisa ditemukan dengan mengetik keyword “ielts practice” di Mbah Google.
Sekarang teman-teman juga bisa melakukan persiapan IELTS dan TOEFL di blajar.id. Ini adalah platform belajar yang saya dan beberapa teman buat untuk membantu para scholarship hunter untuk meraih impiannya. Proses belajar face to face, bisa per group (5 orang) atau private. Yang menarik adalah... harganya sangat terjangkau. Cek aja dulu IG nya kakaaa hehehe. Atau kalau mau langsung daftar bisa ke link ini ya bit.ly/intensiveclass (promosi lapak hihi).
Kelas blajar.id :) 
      
Kelas blajar.id :)
"Apakah org yg gk terlalu aktif di kampus bisa dpt beasiswa ke luar kk?"
InsyaAllah semua orang punya kesempatan yang sama untuk dapat besiswa ke luar negeri. Namun kalau masih ada kesempatan untuk bisa terlibat di kegiatan kampus, disaranakn untuk ikut karena hal tersebut nantinya juga akan sangat menolong kita dalam proses aplikasi dan akan sangat banyak manfaatnya. Namun kalau memang sudah tidak ada lagi kesempatan, coba cari celah lain kira-kira apa yang bisa dijadikan nilai jual lebih dari kita saat mendaftar nanti. Bismillah aja, saat Allah bilang “kun fayakun” maka tidak ada yang bisa menolak. Optimis ya! J
"Gimana waktu writting essay on the spot dan group leaderless?"
Waktu zaman saya dulu belum ada essay writtingnya jadi saya tidak tahu persis bentuknya dan penilainnya seperti apa. Namun menurut informasi yang saya dengar, tahapan ini akan meminta para pelamar untuk mengemukakan pendapat mereka tentang isu terkini dalam sebuah tulisan. Mungkin bisa dipersiapkan dengan membaca koran atau menonton berita agar kita tahu apa yang saat itu sedang hangat dibicarakan.
Untuk LGD pun begitu, rajin-rajinlah membaca dan mendengar berita. Saat kelompok LGD dibagi nanti, usahakan untuk berkumpul dan berkenalan terlebih dahulu sebelum sesi diskusi dimulai agar saat diskusi berjalan susasananya tidak teralalu tegang dan masing-masing orang tahu apa yang harus mereka lakukan. Disini bisa disepakati siapa yanga akan menjadi mediator dan juru tulis. Hal yang paling di prioritaskan dalam sesi ini adalah manner, bukan matter. Jadi jangan khawatir jika ternyata nanti topic yang didapat tidak kita kuasai, cobalah tetap tenang dan sampaikan pendapat dengan baik sserta santun. Sebaliknya, jika kita sangat menguasai topic yang dibahas, jangan sampai mendominasi diskusi. Ingat, ini adalah Leaderless Group Discussion dan yang menilai sesi ini adalah psikolog. Usahakan semua anggota LGD memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya.
Mengemukakan pendapat bisa dimulai dengan, “Terimakasih atas kesempatannya, menurut saya ……….… bagaimana menurut yang lain?”
Atau jika kita tidak setuju dengan pendapat seseorang bisa disampaiakan dengan “Apa yang disampaiakan sebelumnya sangat menarik, namun sepertinya kurang relevan dengan apa yg kita bahas saat ini. Bagaimana jika seperti ini (kemukakan pendapat kita)?”
Usahakan kita berkontribusi dalam menajaga flow diskusi tetap berjalan dan tetap bersikap santun selama diskusi, meski dalam keadaaan tidak sependapat sekalipun.

"Is there any possibilities for me as an English student to continue my master degree at Economic fields?"
Bisa saja asalakan saat mendaftar kampus dan beasiswanya kita bisa menjelaskan dengan baik alasan “nyebrang” jurusan tersebut, misal karena tuntutan pekerjaan. Bisa juga dengan menjelaskan ketertarikan kita terhadap jurusan baru tersebut dan apa kontribusi yang bisa kita lakukan dengan ilmu yang didapat dari jurusan baru itu nantinya. Gak ada yg gak mungkin, semangat!
"The living cost there and how can you survive there?"
Biaya hidup yang di Leeds cukup murah dibandingkan dengan kota-kota besar lain seperti London, Oxford atau Cambridge. Biaya akomodasi sekitar 300-400 untuk flat dan sekitar 400-500 untuk rumah keluarga. Biaya ini umumnya sudah termasuk tagihan listrik, gas, dan internet. Harga akan tergantung pada lokasi juga. Semakin dekat ke Uni, akan semakin mahal biasanya. KAlau akomodasi yang saya tempati sekarang ini biayanya 368 per bulan. Ini bisa dikatakan murah karna jaraknya ke kampus sangat dekat.
Untuk biaya makan, saya bisanya join dengan teman satu flat. Kami biasa belanja bahan makanan setiap minggu dan membuat sistem piket masak. Jadi bisa lebih hemat dan tentunya bisa tetap sesuai lidah juga masakannya. Kami biasanya menghabiskan sekitar 50 per bulan. Jadi bertiga sekitar 150.
Kalau untuk transportasi biasanya saya ke kampus dan ke city center jalan kaki karena dekat. Jadi biaya untuk transportasi bisa di press. Kalau untuk berkeliling Leeds seharian bisa juga dengan membeli tiket “one day pass” seharga 4 per orang atau “family/group ticket” seharga 5 untuk seharian (dengan jumlah group 3-5 orang. Opsi ini tentu lebih hemat kalau jalnnnya rame-rame.
Kalau untuk trip ke luar kota, saya biasanya memesan tiket bus atau kereta dari jauh-jauh hari dan ini harganya juga kan lebih murah.
"How can you get a life? I mean, you could travel to here and there while studying for a postgrad study."
Kuliah disini rata-rata cuma sampai kamis dan kuliah saya biasanya satu modul per hari. Selebihnya bisa dipakai buat reading dan bikin tugas. Kalau untuk perjalanan yg dekat saya biasanya ambil hari weekend dan untuk perjalanan yang agak jauh kemaren saya memakai jatah Christmast break. Perjalanan saya yang benar-benar “jalan-jalan” pun sebenarnya hanya sekali saat Christmast break lalu itu. Selebihnya saya lakukan sebelum studi dimulai (minggu-minggu pertama kedatangan) kemudian trip ke London yang pertama karena harus lapor diri di KBRI dan trip ke London yang kedua untuk menghadiri konferensi. Selebihnya jalan-jalan di dekat rumah, taman dan city center saja
Semoga penjelasan saya menjawab pertanyaan teman-teman ya. Mohon maaf baru bisa menjawab pertanyaannya sekarang. Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna namun semoga bermanfaat. Semoga Allah mudahkan ikhtiar teman-teman semua.
Semangat!
Leeds, 28 Feb 2016 (17.26 am) "Di repost ke blog dari Padang, 14 Februari 2018" hehe :)
Share:

Kamis, 01 Februari 2018

Hijrah, Sebuah Perjalanan Menemukan

Halo halo Assalamua'laikum,
Kayaknya udah lama banget nggak update blog, sekarang mumpung lagi free mau cerita sedikit. Hampir empat tahun berlalu tapi rasanya detail cerita ini belum pernah saya ceritakan di kanal media sosial manapun, so I think this is the right time! :)


Tentang hijrah, tentang sebuah perjalanan menemukan. Tentang saya yang sudah terlahir sebagai Muslim sejak lahir tapi sebelumnya melihat agama ini hanya sebagai atribut ibadah. Dulu, yang saya tahu, Islam itu adalah tentang sholat, puasa, sedekah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ibadah satu arah dengan Allah saja. Alhamdulillah-nya, dari awal tamat SD saya sudah ingin sekali berkerudung, padahal waktu itu masih sedikit sekali anak-anak yang berkerudung. Jadi Alhamdulillah nggak ada drama dengan momen awal berkerudung, hehe. Kemudian saya sendiri yang meminta kepada orangtua untuk di sekolahkan di sekolah Islam dan tinggal di asrama selama tiga tahun masa SMP, otomatis disini saya lanjut kerudungannya. Setelah itu saya melanjutkan ke SMA umum dan menjalani hari-hari seperti anak SMA pada umumnya. Sekolah, ikut OSIS, main sama teman-teman. Saya bukan tipikal anak yang rajin datang ke forum-forum annisa semasa SMA. Saya yang songong saat itu merasa bahwa selagi saya masih sholat, masih baca Qura'n, masih berkerudung rasanya saya belum perlu lah datang ke forum-forum begitu. Teman-teman saya juga baik, saya ngerasa agama saya baik-baik saja jadi saya merasa nggak butuh-butuh banget lah datang ke forum-forum seperti itu, songong banget parah :(

Naudzubilah min dzalik.. :(
Semua berlanjut saat saya masuk ke bangku kuliah. Lagi, saya merasa tak ada yang perlu di benahi sekali dalam diri saya, in terms of religion anything related to it. Saya sudah melakukan semua ibadah-ibadah "default" yang Islam perintahkan, saya menjauhi segala hal yang Islam larang. Kuliah  lancar, komunitas jalan. Saya happy-happy aja ngejalanin semuanya. Makanya saya merasa tidak harus meng-upgrade ilmu apa-apa saat itu. Saya merasa sudah di posisi aman dan cukup. Saya juga nggak tau kenapa bisa begitu. Pokoknya rasanya waktu itu tidak terpanggil untuk ikut forum-forum yang ada di kampus.

Padahal saat itu saya dikelilingi oleh teman-teman yang pemahaman agamanya sudah jauh berlapis lapis diatas saya. Kerudungnya "rapih", yang pada rajin banget ikut kegiatan dakwah kampus, yang energinya nggak habis-habis buat ngajakin orang untuk kebaikan, yang menjadikan Islam lebih dari sekedar perkara sholat, puasa dan lain-lainnya. Mereka yang kalau lagi ngobrol rasanya iman langsung ke boost up. Tapi apa? tiga tahun kuliah dan berteman dengan mereka saya sama sekali tidak tergerak untuk melakukan hal yang sama. Saya bukan pihak yang skeptis dan menghindar, tapi tidak juga mengikuti. Pokoknya ya gitu, waktu itu saya ngerasa udah berada di posisi cukup. Cukup dengan memakai celana jeans ke kampus, cukup dengan kerudung yang di lilitkan ke bahu (dan kadang terawang pula), cukup dengan ibadah yang juga sebenarnya masih sangat standar, pokoknya merasa cukup aja dengan semua yang sudah saya lakukan sehari-hari saat itu.

Sampai pada suatu saat, di tahun akhir kuliah, seorang kakak di komunitas debat yang saya ikuti mengajak kami untuk membuat sebuah kelompok kecil. Kelompok kecil yang ended up jadi tempat berbagi ilmu dan berbagi cerita. Kami menyebutnya halaqah. Sebelumnya saya sudah familiar dengan istilah tersebut karena teman-teman saya yang berjilbab "rapih" itu sudah lebih dahulu mengikutinya. Di awal awal mengikuti halaqah rasanya biasa saja, namun lama-lama jatuh cinta. Namaya Kak Nurul, dialah yang pelan-pelan mengajak kami untuk mengenal Islam dengan lebih baik lagi. Hijrah ini takkan mudah tanpa dukungan Kak Nurul tdan eman-teman saya yang selalu tulus mendukung, serta mendoakan. Allah juga pertemukan saya dengan teman satu lingkaran yang mau sama-sama belajar, ukhties saya di club debate. I love them for the sake of Allah, really. I mean it..

Dakwah mereka lembut,
Membina, bukan menghina
Memuji, bukan mencaci
Mengajarkan, bukan menertawakan
Oleh sebab itulah saya bertahan

Dari sana perlahan saya belajar, saya mulai memahami bahwa Islam yang saya bawa sejak lahir ini bukan hanya sekedar sholat dan puasa, tapi sistem hidup yang mengatur seluruh tatanan kehidupan kita mulai dari hal terkecil sampai hal paling kompleks sekalipun. Mulai dari akidah sampai muamalah, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, cara kita makan, cara kita minum, cara kita berteman, bertetangga, apapun.. bahkan cara kita masuk toilet pun diatur dalam Islam. Dan da'wah itu ternyata tugas seluruh Muslim. Dakwah tak harus melulu di Masjid ngasih ceramah. Makna da'wah itu ternyata luas. Dengan kita jadi agen Muslim yang baik, membawa Islam dalam tingkah laku kita, orang senang sama kita, itu juga da'wah. Kita berhijab tapi kita tetap bisa aktif di kegiatan sosial, suka bantu orang, itu da'wah.

Ada beberapa hal yang sebenarnya mungkin sudah kita ketahui tapi terlupakan. Lupa karena tak ada yang mengingatkan. Karena manusia itu tempatnya lupa, makanya kita butuh orang-orang soleh untuk selalu mengingatkan kita. Karena salah satu cara menjaga iman kita yang naik turun mcam roller coaster ini adalah dengan berkumpul bersama orang-orang sholeh. So if you have found one, keep them. If you haven't, go find the circle. Kita takkan kuat kalau sendiri, berat. Baiknya kita sama-sama saja :)

Karena terkadang kita yang sudah Islam dari dulu ini merasa tak perlu lagi meng upgrade apa apa karena kita pun mungkin sedang tidak memperjuangkan apa-apa berkaitan dgn agama kita. Berbeda dengan saudara-saudara kita yang mualaf yang mungkin harus memperjuangkan banyak hal, mempelajari banyak hal dan tak jarang mengorbankan banyak hal untuk berislam secara kaffah. Sedangkan kita? We take our religion for granted. 

Saya jatuh cinta sekali dengan salah satu potongan zikir yang ada di dalam zikir pagi petang (al-matsurat) Hasan Al-Banna. Saya yakin teman-teman pun sudah familiar dengan zikir indah ini, Zzkir tersebut berbunyi:

“Radhitubillahi Rabba, wa bil islami diina, wabi muhammadiin nabiya wa rasulullah….”Yang artinya : Aku Ridho Allah Subhanahu wata'ala sebagai Tuhanku, Islam sebagai sistem hidupku, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi dan rasulku.

Diin (agama) disini dibahasakan sebagai sistem hidup. Pemilihan kata yang 
indah karena sejatinya begitulah seharusnya kita memaknai agama kita. Sebuah sistem hidup yang mengatur apa-apa yang kita lakukan sebagai penganutnya. Begitu pun kalimat "aku ridho..", ini menurutku dalam sekali. Ini semacam ikrar antara kita dan Allah. Ridho menurut kamus al-munawwir artinya senang, rela. Coba kita renungi, apakah di dalam kehidupan sehari-hari kita benar-benar sudah ridho terhadap Allah dan atas apapun yang Ia tetapkan terhadap diri kita? Atau masih banyak mengeluh dan protesnya? Begitupun dengan keridhoan kita terhadap Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul kita. Saya faham butuh waktu untuk bisa sampai ke tahap ini. Saya sendiri pun masih belajar. Masih jauh.. Tapi paling tidak kita harus terus belajar, harus terus perproses. Dan ingat, proses itu harus selalu keliatan hasilnya walaupun sedikit. Dalam apapun, baik kita dan agama kita atau pun kita dan kerudung kita.

Ngomong-ngomong soal kerudung, saya teringat postingan Gitasav yang bercerita bagaiman a seharusnya kerudung kita ini bukan sekedar kain yang menempel di kepala saja. Karena kerudung kita adalah identitas agama. Saat kita memakai kerudung, berati kita memakai dan "membawa" agama kita kemanapun kita pergi. Berat? Iya. Tapi bukan berarti ini bisa menjadi justifikasi kita untuk melepas kerudung. Berkerudung sama wajibnya dengan sholat. Perintahnya tertulis di al-Qura'n. Tapi berkerudung disaat kita benar-benar sempurna juga tak akan pernah ada momennya. Karena kita manusia dan fitrahnya manusia memang akan selalu berbuat salah. Semoga si "penutup kepala" ini bisa jadi alarm untuk kita. Jangan sampai kita berkerudung tapi cara fikir, sifat dan kelakuan kita jauh dari apa yang agama kita ajarkan. Saya pun begitu, kadang malu karena udah berkerudung segede taplak meja gini tapi masih suka lalai, suka khilaf dalam banyak hal. :(

- Gita Savitri Devi -
Sejalan dengan Gitasav, saya salut dengan teman-teman yang bisa menjaga agama dan selalu bisa istiqomah tak peduli sekeras apapun badainya. yang menjunjung tinggi kerudungnya, yang rela meninggalkan segala hal yang tidak merepresentasikan agamanya demi selembar kain dikepalanya. Yang tetap bisa menebar manfaat dan mengaktualisasikan diri dengan pakaian taqwa yang menutupi tubuhnya, saya salut. Saya salut kepada mereka yang benar-benar telah bisa membawakan Islam sampai ke seluruh aliran darahnya, ke detak jantungnya, ke denyut nadinya. Saya salut dan saya iri,
tolong doakan saya, ya.

Mungkin selama ini kita sibuk dengan hal-hal yang jauh lalu lupa dengan hal yg sebenarnya dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita sibuk memikirkan kapan ketemu jodoh lalu lupa bahwa beberapa kosmetik kita waterproof dan kosmetik waterproof itu tidah bisa ditembus air wudhu. Apa yang terjadi jika wajah kita tidak terbasuh sempurna? Wudhu kita tidak sah. Lalu? Otomatis sholat kita juga tidak sah. Serem kan? Padahal sholat ini adalah hal paling pertama yang akan dihisab di akhirat kelak. Begitu juga lipstik, kalau pas minum warna lipstiknya nggak nempel di gelas, berarti dia waterproof. Sederhana tapi sering terlupa. Ini kamaren diingatkan lagi sama adek Lola (@lolanyunyuu) di instagramnya. Makasi Lolaaa.. :') Sungguh, perjalanan menemukan ini masih panjang.. Semoga Allah mudahkan langkah kita dan Allah kuatkan hati kita.. 


Share: